PERWIRA DAN KSATRIA
SORAK-sorai bergema dari alun-alun dekat Kraton Majapahit, ratusan tahun lampau. Ribuan rakyat baik muda dan tua mengerumuni sebuah arena di tengah alun-alun tersebut. Seorang pemuda bertubuh kekar tengah berhadapan dengan seekor lembu jantan yang nampaknya sangat buas. Binatang bertanduk ini mengais-ngais kaki belakangnya, siap menerjang musuhnya itu. Lenguhan dan dengus kencang terdengar dari kedua lubang hidung lembu tersebut. Hewan ini menatap lawannya dengan tajam. Sedetik kemudian, banteng ketaton ini menubruk sang pemuda yang hanya mengenakan sarung dan ikat kepala. Perempuan-perempuan sontak menjerit membayangkan tubuh lelaki tampan yang berdada bidang itu remuk. Wutt... tak dinyana pria ini mampu berkelit. Dengan cekatan, dia kemudian menangkap kepala banteng ngamuk itu. Krak.... leher lembu jantan patah setelah sang pemuda memelintir tanduknya. Tubuh besar hewan itu pun ambruk menghujam bumi. Sekejap mengejang, banteng tersebut pun binasa.
Adegan dramatis yang berlangsung singkat itu kembali membuat para penonton bersorak-sorai. Mereka mengelu-ngelukan kedigjayaan Kepala Bhyangkara yang baru--Semacam Komandan Pasukan Pengawal Presiden saat ini. Kekaguman serupa nampak di wajah Maha Patih Gajah Mada. Dalam benaknya, ia berpikir pemuda itu memang pantas menyandang jabatan Kepala Bhayangkara Kerajaan Majapahit. Pemuda tersebut sekaligus menunjukkan keberanian dan keteguhan dalam menantang bahaya maut. Inilah ksatria sejati yang ditunggu-tunggu Sang Maha Patih untuk mendukung Sumpah Palapa yang sempat dilontarkan di depan Raja Hayam Wuruk beberapa hari sebelumnya. Gajah Mada pun turun dari kursinya dan segera meletakkan ikat kepala berikut menyelempangkan kain kuning sebagai tanda kebesaran Kepala Bhayangkara kepada pemuda tersebut.(ANS)
(BERSAMBUNG, kalau gak tahan lanjutin aza sendiri, he... he.. he...)
SORAK-sorai bergema dari alun-alun dekat Kraton Majapahit, ratusan tahun lampau. Ribuan rakyat baik muda dan tua mengerumuni sebuah arena di tengah alun-alun tersebut. Seorang pemuda bertubuh kekar tengah berhadapan dengan seekor lembu jantan yang nampaknya sangat buas. Binatang bertanduk ini mengais-ngais kaki belakangnya, siap menerjang musuhnya itu. Lenguhan dan dengus kencang terdengar dari kedua lubang hidung lembu tersebut. Hewan ini menatap lawannya dengan tajam. Sedetik kemudian, banteng ketaton ini menubruk sang pemuda yang hanya mengenakan sarung dan ikat kepala. Perempuan-perempuan sontak menjerit membayangkan tubuh lelaki tampan yang berdada bidang itu remuk. Wutt... tak dinyana pria ini mampu berkelit. Dengan cekatan, dia kemudian menangkap kepala banteng ngamuk itu. Krak.... leher lembu jantan patah setelah sang pemuda memelintir tanduknya. Tubuh besar hewan itu pun ambruk menghujam bumi. Sekejap mengejang, banteng tersebut pun binasa.
Adegan dramatis yang berlangsung singkat itu kembali membuat para penonton bersorak-sorai. Mereka mengelu-ngelukan kedigjayaan Kepala Bhyangkara yang baru--Semacam Komandan Pasukan Pengawal Presiden saat ini. Kekaguman serupa nampak di wajah Maha Patih Gajah Mada. Dalam benaknya, ia berpikir pemuda itu memang pantas menyandang jabatan Kepala Bhayangkara Kerajaan Majapahit. Pemuda tersebut sekaligus menunjukkan keberanian dan keteguhan dalam menantang bahaya maut. Inilah ksatria sejati yang ditunggu-tunggu Sang Maha Patih untuk mendukung Sumpah Palapa yang sempat dilontarkan di depan Raja Hayam Wuruk beberapa hari sebelumnya. Gajah Mada pun turun dari kursinya dan segera meletakkan ikat kepala berikut menyelempangkan kain kuning sebagai tanda kebesaran Kepala Bhayangkara kepada pemuda tersebut.(ANS)
(BERSAMBUNG, kalau gak tahan lanjutin aza sendiri, he... he.. he...)
Komentar
Posting Komentar