Menghadapi mitos, legenda, saga, tambo, dan sejenisnya, bukanlah "who's who"-nya yang penting. Tapi "mengapa"-nya, lantas "bagaimana"-nya. Di situlah letak persoalannya. Maka dari itu, bukan soal beratus nama dan beribu versi penuturan yang masalah. Namun, karena terperangkap keasyikan mencari tahu "apa siapa"-nya itu, orang terkadang lantas tergelincir berasyik masyuk di dalam "dichtung"-kejadiannya saja. (penggalan konsep metodologi sejarawan Profesor G.J. Resink)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELEPAS KOLEKSIAN, MELEPAS KENANGAN (BAGIAN 1)