ANJING-ANJING MEMPEREBUTKAN BANGKAI BELAKA
SEPULUH hari ke depan, Tentara Pendudukan Amerika Serikat bakal mengumumkan pemerintahan transisi "Negara Boneka" di Irak. Kabar ini seolah menghapus jejak-jejak bombardiran ribuan rudal dan bom pasukan koalisi pimpinan Negeri Adikuasa tersebut. Sang Pemenang perang memang kerap berbuat semaunya. Tapi, Gedung Putih seolah melupakan bahwa nasib suatu bangsa mutlak ditentukan oleh rakyat bangsa itu sendiri.
Pendudukan ataukah imprealisme gaya baru? Pertanyaan ini layak dilayangkan kepada pemerintahan George Walker Bush. Akan tetapi, rasanya sulit mengingat "Cowboy Texas" yang seorang ini hanya memikirkan kepentingan bisnis belaka. Atau minyak tepatnya. Niat membebaskan rakyat Irak dari keditaktoran Saddam Hussein hanyalah kedok belaka. Rencana mendirikan pemerintahan transisi tanpa campur tangan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga adalah nol besar.
Presiden Bush mungkin pura-pura tak tahu mengenai kemashyuran para pendahulunya. Tepatnya setelah AS bersama sekutu memenangkan Perang Dunia II. Pena sejarah menggoreskan bahwa Marshall Plann bikinan AS terhadap Jerman dan Jepang telah sukses. Meski dua negara itu kalah perang, mereka tetap tak kehilangan harga diri politik dan mempunyai pemerintahan yang ditentukan sendiri. Amerika hanya sekadar membantu pemulihan ekonomi dua negara itu, termasuk negara-negara Eropa lainnya. Toh, kebijakan itu berhasil. Jepang dan Jerman bangkit, bahkan kedua negara itu sekarang termasuk kekuatan ekonomi dunia.
Bagaimana dengan Irak? Waktu jualah yang akan menjawab. Yang jelas, siapa pun pemimpin Negeri 1001 Malam yang diangkat AS, ia bakal menuai konflik di antara bangsa sendiri. Mungkin Balkanisasi bakal terjadi di Irak. Para pemimpin kelompok yang katanya menentang Saddam bakal saling cakar merebut kekuasaan laksana gerombolan anjing memperebutkan bangkai. Sedangkan daging segar atau minyak tetap digondol AS. Ironis memang.(ANS)
SEPULUH hari ke depan, Tentara Pendudukan Amerika Serikat bakal mengumumkan pemerintahan transisi "Negara Boneka" di Irak. Kabar ini seolah menghapus jejak-jejak bombardiran ribuan rudal dan bom pasukan koalisi pimpinan Negeri Adikuasa tersebut. Sang Pemenang perang memang kerap berbuat semaunya. Tapi, Gedung Putih seolah melupakan bahwa nasib suatu bangsa mutlak ditentukan oleh rakyat bangsa itu sendiri.
Pendudukan ataukah imprealisme gaya baru? Pertanyaan ini layak dilayangkan kepada pemerintahan George Walker Bush. Akan tetapi, rasanya sulit mengingat "Cowboy Texas" yang seorang ini hanya memikirkan kepentingan bisnis belaka. Atau minyak tepatnya. Niat membebaskan rakyat Irak dari keditaktoran Saddam Hussein hanyalah kedok belaka. Rencana mendirikan pemerintahan transisi tanpa campur tangan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga adalah nol besar.
Presiden Bush mungkin pura-pura tak tahu mengenai kemashyuran para pendahulunya. Tepatnya setelah AS bersama sekutu memenangkan Perang Dunia II. Pena sejarah menggoreskan bahwa Marshall Plann bikinan AS terhadap Jerman dan Jepang telah sukses. Meski dua negara itu kalah perang, mereka tetap tak kehilangan harga diri politik dan mempunyai pemerintahan yang ditentukan sendiri. Amerika hanya sekadar membantu pemulihan ekonomi dua negara itu, termasuk negara-negara Eropa lainnya. Toh, kebijakan itu berhasil. Jepang dan Jerman bangkit, bahkan kedua negara itu sekarang termasuk kekuatan ekonomi dunia.
Bagaimana dengan Irak? Waktu jualah yang akan menjawab. Yang jelas, siapa pun pemimpin Negeri 1001 Malam yang diangkat AS, ia bakal menuai konflik di antara bangsa sendiri. Mungkin Balkanisasi bakal terjadi di Irak. Para pemimpin kelompok yang katanya menentang Saddam bakal saling cakar merebut kekuasaan laksana gerombolan anjing memperebutkan bangkai. Sedangkan daging segar atau minyak tetap digondol AS. Ironis memang.(ANS)
Komentar
Posting Komentar