KETIKA FILSUF BERSENDA GURAU
(Pengantar Tulisan "Tirani Kremlin")
BAHAYA laten komunis memang mengendap sementara, menyusul keruntuhan negara Uni Sovyet di penghujung Milenium III. Kini, dunia menghadapi ancaman lain, seperti neo-totaliter, neo-fasis, hingga neo-imperialisme yang digusung sejumlah negara. Wacana itu pun sempat menggelayuti benakku. Ternyata, seorang karib saya, Hafis, juga "sibuk" memikirkan hal tersebut.
Dari diskusi kecil hingga debat "melelahkan" sempat menyita berbagai kesempatan di antara kami. Sejumlah teori dan doktrin beserta segi filsafatnya meluncur lancar dari kedua mulut kami. Walau demikian, kami tak mencoba mempengaruhi satu sama lainnya. Begitulah memang perdebatan yang sehat.
Pada suatu kesempatan, saya menyergah suatu argumentasi yang dicetuskan Hafis: "Fis, tahu enggak? Karl Marx sekalipun tak menyangka buah pemikiran bersama Frederick Engels [`Das Capital` yang diterbitkan tahun 1867] dapat mempengaruhi banyak orang. Bahkan, sebelum ajal menjemput, Marx sempat mengkhawatirkan dirinya bakal `dinabikan' oleh pengagumnya. `Yang aku tahu,` canda Marx, `hanyalah, bahwa aku bukanlah seorang Marxis`."
Padahal, lanjut saya, Marx yang notabene seorang Yahudi itu hanya menguraikan fenomena pada zamannya. Nabi kaum proletar ini juga hanya berupaya memecahkan secara ilmiah permasalahan golongan buruh di Jerman pada abad XIX. Kala itu, kaum buruh memang menghadapi suatu eksploitasi dari golongan pemilik modal. Marx dan Engels bahkan kerap bersenda gurau memecahkan masalah tersebut. Yang jelas, kedua pemikir Jerman ini mempunyai "mimpi" yang sama, yaitu membangun masyarakat tanpa kelas di dunia dengan manifesto komunis pada tahun 1848. Kini, terbukti bahwa impian tersebut benar-benar suatu utopia belaka.
Puluhan tahun setelah "Das Capital" diterbitkan, seorang jurnalis militan, Vladimir Ilyich Ulyanov alias Lenin, seakan menemukan pembenaran terhadap niatnya untuk berkuasa. Dia pun mengklaim diri sendiri sebagai pewaris "ajaran" Komunis yang mungkin dibuat dengan senda gurau oleh Marx dan Engels. Lenin pun mulai mengkampanyekan ajaran Komunis versinya sendiri. Orang ini juga cerdas memanfaatkan emosional rakyat negerinya yang kebetulan ditindas oleh Keluarga Tsar. Revolusi Bolshevik pun berkobar pada Oktober 1917 di Rusia. Akhirnya, Lenin beserta pendukungnya berkuasa di Rusia. Mereka pun mendirikan suatu Diktator Proletar. Inilah awal dari kekuasaan Tirani Kremlin yang menularkan ajaran komunis dengan cepat ke seluruh dunia.
(Pengantar Tulisan "Tirani Kremlin")
BAHAYA laten komunis memang mengendap sementara, menyusul keruntuhan negara Uni Sovyet di penghujung Milenium III. Kini, dunia menghadapi ancaman lain, seperti neo-totaliter, neo-fasis, hingga neo-imperialisme yang digusung sejumlah negara. Wacana itu pun sempat menggelayuti benakku. Ternyata, seorang karib saya, Hafis, juga "sibuk" memikirkan hal tersebut.
Dari diskusi kecil hingga debat "melelahkan" sempat menyita berbagai kesempatan di antara kami. Sejumlah teori dan doktrin beserta segi filsafatnya meluncur lancar dari kedua mulut kami. Walau demikian, kami tak mencoba mempengaruhi satu sama lainnya. Begitulah memang perdebatan yang sehat.
Pada suatu kesempatan, saya menyergah suatu argumentasi yang dicetuskan Hafis: "Fis, tahu enggak? Karl Marx sekalipun tak menyangka buah pemikiran bersama Frederick Engels [`Das Capital` yang diterbitkan tahun 1867] dapat mempengaruhi banyak orang. Bahkan, sebelum ajal menjemput, Marx sempat mengkhawatirkan dirinya bakal `dinabikan' oleh pengagumnya. `Yang aku tahu,` canda Marx, `hanyalah, bahwa aku bukanlah seorang Marxis`."
Padahal, lanjut saya, Marx yang notabene seorang Yahudi itu hanya menguraikan fenomena pada zamannya. Nabi kaum proletar ini juga hanya berupaya memecahkan secara ilmiah permasalahan golongan buruh di Jerman pada abad XIX. Kala itu, kaum buruh memang menghadapi suatu eksploitasi dari golongan pemilik modal. Marx dan Engels bahkan kerap bersenda gurau memecahkan masalah tersebut. Yang jelas, kedua pemikir Jerman ini mempunyai "mimpi" yang sama, yaitu membangun masyarakat tanpa kelas di dunia dengan manifesto komunis pada tahun 1848. Kini, terbukti bahwa impian tersebut benar-benar suatu utopia belaka.
Puluhan tahun setelah "Das Capital" diterbitkan, seorang jurnalis militan, Vladimir Ilyich Ulyanov alias Lenin, seakan menemukan pembenaran terhadap niatnya untuk berkuasa. Dia pun mengklaim diri sendiri sebagai pewaris "ajaran" Komunis yang mungkin dibuat dengan senda gurau oleh Marx dan Engels. Lenin pun mulai mengkampanyekan ajaran Komunis versinya sendiri. Orang ini juga cerdas memanfaatkan emosional rakyat negerinya yang kebetulan ditindas oleh Keluarga Tsar. Revolusi Bolshevik pun berkobar pada Oktober 1917 di Rusia. Akhirnya, Lenin beserta pendukungnya berkuasa di Rusia. Mereka pun mendirikan suatu Diktator Proletar. Inilah awal dari kekuasaan Tirani Kremlin yang menularkan ajaran komunis dengan cepat ke seluruh dunia.
Komentar
Posting Komentar