TATKALA KALBU MESTI MEMBULAT
NOBODY`S perfect atau manusia tiada sempurna. Begitulah slogan yang mencoba menyelami gelayut jiwa insani dalam mengarungi suatu proses kehidupan. Tak jarang, perjalanan itu mendaki keterjalan tebing "cobaan" atau menuruni lembah "godaan". Terkadang malah silih berganti. Namun, roda kehidupan tetap berputar. Sementara batas cakrawala tampak membayang jelas di pelupuk mata. Kehidupan memang begitu adanya.
Gemuruh jiwa zaman dapat pula menciptakan kegalauan jiwa manusia. Banyak jiwa merasa terasing dalam mengarungi perjalanan hidup. Tak sedikit pula yang merintih. Kegalauan serta-merta membelit kalbu, yang menjadi perpaduan perasaan dan akal pikiran. Akan tetapi, hendaklah manusia bersandar kepada kesejatian diri dan Ruh Illahi. Menggurui memang! Namun, kebulatan pikiran, tindakan, dan ucapan memang dibutuhkan sekarang ini. Keberanian pun terkesan percuma bila tak dilandasi suatu upaya memaknai kehidupan.
Antara harapan dan kenyataan, memang ada di mana-mana. Itu adalah perbedaan yang harus diterima. Manusia cuma berupaya mendekatkan kepada tujuan semula. Meski jalan tersebut kadang berkelok, tujuan tetaplah lurus semata. Apalagi, kehidupan jelas harus ditapaki. Sesaat berhenti atau tertatih-tatih itu masih sangat berfaedah ketimbang kabur dari gelanggang kehidupan. Semua itu jelas tersirat dan tersurat bagi yang mau memahami dunia fana ini.(Celoteh ANS)
NOBODY`S perfect atau manusia tiada sempurna. Begitulah slogan yang mencoba menyelami gelayut jiwa insani dalam mengarungi suatu proses kehidupan. Tak jarang, perjalanan itu mendaki keterjalan tebing "cobaan" atau menuruni lembah "godaan". Terkadang malah silih berganti. Namun, roda kehidupan tetap berputar. Sementara batas cakrawala tampak membayang jelas di pelupuk mata. Kehidupan memang begitu adanya.
Gemuruh jiwa zaman dapat pula menciptakan kegalauan jiwa manusia. Banyak jiwa merasa terasing dalam mengarungi perjalanan hidup. Tak sedikit pula yang merintih. Kegalauan serta-merta membelit kalbu, yang menjadi perpaduan perasaan dan akal pikiran. Akan tetapi, hendaklah manusia bersandar kepada kesejatian diri dan Ruh Illahi. Menggurui memang! Namun, kebulatan pikiran, tindakan, dan ucapan memang dibutuhkan sekarang ini. Keberanian pun terkesan percuma bila tak dilandasi suatu upaya memaknai kehidupan.
Antara harapan dan kenyataan, memang ada di mana-mana. Itu adalah perbedaan yang harus diterima. Manusia cuma berupaya mendekatkan kepada tujuan semula. Meski jalan tersebut kadang berkelok, tujuan tetaplah lurus semata. Apalagi, kehidupan jelas harus ditapaki. Sesaat berhenti atau tertatih-tatih itu masih sangat berfaedah ketimbang kabur dari gelanggang kehidupan. Semua itu jelas tersirat dan tersurat bagi yang mau memahami dunia fana ini.(Celoteh ANS)
Komentar
Posting Komentar