WANITA BLONDIE DI MATA FUHRER

WANITA berambut pirang dan bermata biru bukan saja cantik, tapi juga sensual. Bila tak percaya, tanyakan saja kepada Adolf Hitler. Namun, Kanselir Jerman merangkap pimpinan tertinggi Partai Nazi (National Sosialist) itu sudah lama mati. Pria berkumis bak Charlie Caplin ini ditemukan tewas bunuh diri bersama kekasih tercintanya, Eva Braun, di sebuah bunker di Kota Berlin, 30 April 1945. Menurut penuturan Gertraud Weisker--kemenakan Eva Braun--dalam buku bertajuk "Eva's Cousin" karya Sibylle Knauss, Hitler dan Eva menikah dalam bunker bawah tanah semasa kekuasaan "Der Fuhrer" menjelang senja. Tragisnya, beberapa jam kemudian, sepasang kekasih yang masih terhitung sepupu itu bunuh diri!

Hitler memang sangat memuja perempuan berambut blondie dan berhidung mancung yang kebetulan memang tipikal gadis bangsa Arya. Ini juga sejalan dengan "kebijakan" penguasa tertinggi Jerman tersebut yang ingin "memurnikan" ras Jerman. Konon, Hitler sempat "menghalalkan" muda-mudi berambut pirang dan bermata biru yang dianggap mewakili ras murni Jerman untuk saling berhubungan seks. Pada tahun 1935, ladang-ladang khusus reproduksi manusia didirikan. Perwira SS Nazi sering mengunjungi ladang ini, yang didalamnya tinggal wanita muda yang memiliki kriteria ras "Arya". Bayi-bayi haram yang lahir di ladang-ladang ini dianggap bakal menjadi prajurit masa depan Imperium Jerman.

Bentuk chauvinisme atau faham nasionalis yang sempit itu memang menggejala di Jerman, setelah negara ini menderita kekalahan sangat memalukan dalam Perang Dunia I pada 1914-1918. Kala itu, sudah menjadi rahasia umum di masyarakat Jerman bahwa negara mereka kalah perang akibat penghianatan keturunan Yahudi. Bani Israil ini disinyalir membocorkan rahasia dan memberikan sokongan dana kepada pihak musuh Jerman, yakni Inggris beserta sejumlah negara Eropa lainnya. Akibat kalah perang, perekonomian Jerman hancur lebur, sedangkan penghidupan sebagian besar penduduknya sangat sulit.

Makanya tak heran, bila dalam lembaran sejarah kelam dunia, Adolf Hitler dicatat sebagai sosok diktator fasis yang membantai secara sistematik paling tidak dua juta keturunan Yahudi. Jejak darah Hitler beserta pasukan elite Schutzstaffel (SS) yang melakukan genocide terhadap jutaan orang Yahudi itu jelas tak dapat dilupakan begitu saja. Terutama oleh sejumlah negara khususnya bekas musuh Jerman di Perang Dunia II--AS, Inggris, dan Rusia. Bayangkan, menjelang akhir PD II, pasukan sekutu menemukan banyak kamp konsentrasi di berbagai negara Eropa Barat yang sempat diduduki pasukan Jerman.

Kekejaman Hitler mungkin dikalahkan musuh bebuyutannya, Stalin. Pemimpin Uni Sovyet ini beserta pendahulunya, Lenin, disebut-sebut membantai 50 juta rakyat mereka. Paling tidak, kekejian Hitler tertandingi. Dan bila membaca buku bertajuk "The 100" karya sejarawan terkemuka Amerika Serikat Michael H. Hart, Hitler masuk urutan ke-35 tokoh yang paling berpengaruh di dunia sepanjang masa. Ini berarti, Hitler hampir setara dengan Iskandar Zulkarnaen "The Great" dan Napoleon Bonaparte yang menempati ranking di atasnya.

Pada 20 April 1889, warga Kota Braunau--kota kecil Austria di perbatasan Jerman--mungkin tak menyangka bayi lelaki yang lahir dari pasangan Alois Hitler dan Klara akan mengubah dunia. Alois kemudian memboyong keluarganya ke Kota Wina, Austria. Di kota inilah, Adolf Hitler tumbuh besar menjadi seorang pemuda. Sejak kecil, Hitler dikenal sebagai anak yang brilian, ambisius, serta pemberani. Ia bahkan kerap berkelahi dengan anak sebaya keturunan Yahudi yang dibencinya. Selama duduk di bangku sekolah, Hitler sangat menggemari pelajaran ilmu politik, biologi, sejarah, dan perfilman. Berbagai buku mengenai minat yang digemarinya itu pun dilalap habis, termasuk buku-buku karangan Karl May.

Dari situlah, Hitler mulai berangan-angan menjadikan bangsa Arya sebagai satu-satunya ras nomor wahid di dunia, tentunya juga di atas bangsa Yahudi yang dibencinya. Dengan kata lain, Hitler menganggap suku asli Jerman sebagai manusia super yang lebih tinggi derajat dan kemampuan berpikirnya ketimbang manusia asal ras lain. Hitler mulai mewujudkan impiannya setelah diangkat menjadi kanselir Jerman pada 30 Januari 1933. Kemudian, Partai Nazi pimpinan Hitler secara brutal mulai mengejar warga Yahudi. Mereka semua disiksa sampai mati. Pada tahun 1939, Nazi mengobarkan PD II. Jutaan orang terbunuh di daratan Eropa atau kehilangan kampung halamannya. Sebagian besar Eropa hancur lebur.

Sedangkan dalam rangka memperbaiki keunggulan ras Arya, kaum Nazi menggunakan konsep Darwin. Darwin menyatakan bahwa ukuran tengkorak manusia membesar tatkala ia menaiki tangga evolusi. Kaum Nazi sangat mempercayai gagasan ini dan mengadakan pengukuran tengkorak untuk menunjukkan bahwa Jerman adalah ras unggul. Di seluruh Jerman Nazi, pengukuran dilakukan demi membuktikan bahwa tengkorak Jerman lebih besar dibanding ras-ras lain. Ciri fisik seperti gigi, mata dan rambut diperiksa berdasarkan kriteria evolusionis. Mereka yang kedapatan berukuran di luar kriteria resmi ras Jerman dibinasakan menurut kebijakan Eugenics Nazi.

Selain kekejamannya, Hitler juga mempunyai bakat besar di bidang seni panggung. Sewaktu kecil, ia bercita-cita menjadi sutradara film. Ini terbukti ketika berkuasa, Hitler kerap memanfaatkan suasana atau efek teater dalam upaya mendukung pidatonya di muka umum. Hitler juga memperoleh inspirasi dari teori Darwin tentang "Perjuangan untuk Bertahan Hidup". Judul buku terkenalnya "Mein Kampf", yang berarti "Perjuangan Saya", hanyalah pencerminan konsep Darwin ini.

"Seorang teoritikus jarang yang merupakan seorang pemimpin besar. Seorang penghasut mungkin memiliki kualitas-kualitas ini, bahkan mungkin lebih baik, karena kepemimpinan berarti kemampuan mengumpulkan massa. Bakat untuk menghasilkan ide-ide secara umum tidak sebanding dengan kapasitas kepemimpinan," ucap Hitler saat berkuasa. Hitler melanjutkan: "Gabungan dari kemampuan berteori, mengorganisir dan memimpin merupakan fenomena yang jarang dimiliki oleh seseorang di dunia ini. Di sanalah terletak keagungan."(ANS)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELEPAS KOLEKSIAN, MELEPAS KENANGAN (BAGIAN 1)