BOM BUNUH DIRI, JIHAD ATAU PUTUS ASA?
FENOMENA suicided bomb atau bom bunuh diri memeranjatkan dunia paling tidak dalam dua tahun terakhir. Dari Tragedi World Trade Center 11 September 2001; rangkaian peledakan bom di Makassar dan Bali 12 Oktober 2002; pengeboman permukiman Yahudi di Riyadh, Arab Saudi; dan ledakan beruntun di Kota Casabalanca, Maroko; hingga ratusan aksi bom bunuh diri di Tanah Palestina. Ribuan nyawa telah melayang akibat bom bunuh diri di wilayah pendudukan Israel. Sedangkan ribuan pemuda Palestina pun tewas demi mempertahankan setiap jengkal tanah dari nafsu serakah Negeri Zionis, Israel. Di "Tanah Sengketa Sepanjang Masa" itu, aksi bom bunuh diri adalah bagian perjuangan intifadah para pejuang Palestina sejak 1967.
Namun, sangat sulit mengupas latar belakang aksi bom bunuh diri yang disebut oleh sebagian kalangan sebagai bom jihad itu. Ada dua kutub pandangan mengenai fenomena muktahir tapi bukan barang baru tersebut. Kelompok pertama--terutama kelompok Islam garis keras di dunia--beranggapan bahwa aksi tersebut adalah bentuk Perang Sabil atau jihad melawan kezaliman Kapitalis yang menindas banyak negara di Dunia Ketiga. Sedangkan pihak lain seperti Amerika Serikat dan Israel menganggap bom bunuh diri itu sebagai bentuk terorisme yang mengancam perdamaian dunia. Maka, dengan dalih memerangi terorisme itulah, AS beserta sejumlah negara sekutunya "mengobarkan" perang terhadap terorisme.
Bom bunuh diri bukanlah barang baru dalam sejarah peradaban manusia. Di awal abad XX, misalnya. Kala itu, sejumlah serdadu Jepang berjibaku atau harakiri dalam perang melawan Rusia. Pasukan Tsar jelas terperanjat saat sejumlah penyelam Dai Nipon yang membawa bom membenturkan diri ke kapal perang mereka. Serangan bunuh diri pasukan Negeri Matahari Terbit dengan semangat Bushido dan samurai itulah yang menjadi satu di antara faktor kekalahan Rusia pada perang yang berkecamuk selama dua tahun, 1904-1905.
Kegemilangan serangan bunuh diri itu akhirnya menginsipirasi Admiral Yamamoto untuk membentuk Kesatuan Kamikaze menjelang Perang Asia Timur Raya. Perang yang juga bagian dari Perang Dunia II ini ditandai dengan penyerbuan Pearl Harbour, pangkalan militer Amerika Serikat di Kepulauan Hawai, Samudra Pasifik, 7 Desember 1941. Para pilot bunuh diri ala Jepang itu terbukti ampuh, Pearl Harbour, porak-poranda.
Jauh sebelum Jepang, panglima perang Cina bernama Sun Tzu konon telah mempraktikkan taktik serangan bunuh diri meski tak menggunakan bahan peledak yang kala itu belum ditemukan. Bagi ahli perang bangsa Tiongkok yang hidup sezaman dengan Confucius ini--sekitar 2.400 tahun lampau, kematian ratusan tentara tidaklah berarti asalkan ribuan serdadu lainnya dapat maju menerjang musuh. Ternyata, awal tahun 1800-an taktik Sun Tzu dipakai kembali oleh Napoleon Bonaparte untuk menguasai Eropa.
Tameng hidup berupa manusia ternyata sempat akan dipergunakan oleh seorang panglima perang bangsa Arab pada awal Islam menancapkan pengaruh di Jazirah Arab. Dia adalah Khalid bin Walid. Kala itu, Khalid ditugaskan memimpin pertempuran untuk menjebol Benteng Khaibar--benteng di sebelah timur laut Kota Madinah yang dibangun koalisi Yahudi yang sangat kuat dan belum pernah ditembus oleh pasukan muslim. Tapi, Khalid tak kekurangan akal. Ia kemudian merencanakan sebuah taktik jitu dengan cara membanjiri pasukannya di depan untuk membobol gerbang benteng. Sekian ratus pasukan Khalid memang akan menjadi umpan empuk panah-panah musuh, asalkan Benteng Khaibar bisa jatuh.
Namun, taktik itu keburu diketahui Umar bin Khatab yang waktu itu memangku jabatan khalifah--634-644 Masehi. Kemudian Umar memberhentikan Khalid sebagai panglima perang. Khalid jelas kecewa dan langsung berteriak lantang: "Saya berperang bukan karena Umar. Tapi saya perang karena Allah SWT".
Persepsi Khalid inilah yang agaknya masih menjadi silang pendapat di kalangan Islam. Sebagian kalangan berasumsi bahwa bunuh diri dalam memperjuangkan "Jalan Allah" adalah sama dengan berjihad. Dan para martir itu dapat pula disebut syuhada. Di sisi lain, beberapa kalangan menganggap aksi bunuh diri tetap haram hukumnya. Wallahualam!(ANS)
FENOMENA suicided bomb atau bom bunuh diri memeranjatkan dunia paling tidak dalam dua tahun terakhir. Dari Tragedi World Trade Center 11 September 2001; rangkaian peledakan bom di Makassar dan Bali 12 Oktober 2002; pengeboman permukiman Yahudi di Riyadh, Arab Saudi; dan ledakan beruntun di Kota Casabalanca, Maroko; hingga ratusan aksi bom bunuh diri di Tanah Palestina. Ribuan nyawa telah melayang akibat bom bunuh diri di wilayah pendudukan Israel. Sedangkan ribuan pemuda Palestina pun tewas demi mempertahankan setiap jengkal tanah dari nafsu serakah Negeri Zionis, Israel. Di "Tanah Sengketa Sepanjang Masa" itu, aksi bom bunuh diri adalah bagian perjuangan intifadah para pejuang Palestina sejak 1967.
Namun, sangat sulit mengupas latar belakang aksi bom bunuh diri yang disebut oleh sebagian kalangan sebagai bom jihad itu. Ada dua kutub pandangan mengenai fenomena muktahir tapi bukan barang baru tersebut. Kelompok pertama--terutama kelompok Islam garis keras di dunia--beranggapan bahwa aksi tersebut adalah bentuk Perang Sabil atau jihad melawan kezaliman Kapitalis yang menindas banyak negara di Dunia Ketiga. Sedangkan pihak lain seperti Amerika Serikat dan Israel menganggap bom bunuh diri itu sebagai bentuk terorisme yang mengancam perdamaian dunia. Maka, dengan dalih memerangi terorisme itulah, AS beserta sejumlah negara sekutunya "mengobarkan" perang terhadap terorisme.
Bom bunuh diri bukanlah barang baru dalam sejarah peradaban manusia. Di awal abad XX, misalnya. Kala itu, sejumlah serdadu Jepang berjibaku atau harakiri dalam perang melawan Rusia. Pasukan Tsar jelas terperanjat saat sejumlah penyelam Dai Nipon yang membawa bom membenturkan diri ke kapal perang mereka. Serangan bunuh diri pasukan Negeri Matahari Terbit dengan semangat Bushido dan samurai itulah yang menjadi satu di antara faktor kekalahan Rusia pada perang yang berkecamuk selama dua tahun, 1904-1905.
Kegemilangan serangan bunuh diri itu akhirnya menginsipirasi Admiral Yamamoto untuk membentuk Kesatuan Kamikaze menjelang Perang Asia Timur Raya. Perang yang juga bagian dari Perang Dunia II ini ditandai dengan penyerbuan Pearl Harbour, pangkalan militer Amerika Serikat di Kepulauan Hawai, Samudra Pasifik, 7 Desember 1941. Para pilot bunuh diri ala Jepang itu terbukti ampuh, Pearl Harbour, porak-poranda.
Jauh sebelum Jepang, panglima perang Cina bernama Sun Tzu konon telah mempraktikkan taktik serangan bunuh diri meski tak menggunakan bahan peledak yang kala itu belum ditemukan. Bagi ahli perang bangsa Tiongkok yang hidup sezaman dengan Confucius ini--sekitar 2.400 tahun lampau, kematian ratusan tentara tidaklah berarti asalkan ribuan serdadu lainnya dapat maju menerjang musuh. Ternyata, awal tahun 1800-an taktik Sun Tzu dipakai kembali oleh Napoleon Bonaparte untuk menguasai Eropa.
Tameng hidup berupa manusia ternyata sempat akan dipergunakan oleh seorang panglima perang bangsa Arab pada awal Islam menancapkan pengaruh di Jazirah Arab. Dia adalah Khalid bin Walid. Kala itu, Khalid ditugaskan memimpin pertempuran untuk menjebol Benteng Khaibar--benteng di sebelah timur laut Kota Madinah yang dibangun koalisi Yahudi yang sangat kuat dan belum pernah ditembus oleh pasukan muslim. Tapi, Khalid tak kekurangan akal. Ia kemudian merencanakan sebuah taktik jitu dengan cara membanjiri pasukannya di depan untuk membobol gerbang benteng. Sekian ratus pasukan Khalid memang akan menjadi umpan empuk panah-panah musuh, asalkan Benteng Khaibar bisa jatuh.
Namun, taktik itu keburu diketahui Umar bin Khatab yang waktu itu memangku jabatan khalifah--634-644 Masehi. Kemudian Umar memberhentikan Khalid sebagai panglima perang. Khalid jelas kecewa dan langsung berteriak lantang: "Saya berperang bukan karena Umar. Tapi saya perang karena Allah SWT".
Persepsi Khalid inilah yang agaknya masih menjadi silang pendapat di kalangan Islam. Sebagian kalangan berasumsi bahwa bunuh diri dalam memperjuangkan "Jalan Allah" adalah sama dengan berjihad. Dan para martir itu dapat pula disebut syuhada. Di sisi lain, beberapa kalangan menganggap aksi bunuh diri tetap haram hukumnya. Wallahualam!(ANS)
Komentar
Posting Komentar