"NASIHAT" MADONNA BUAT INUL

SAYA ingin menaklukkan dunia. Begitulah ambisi yang sempat tercetus dari bibir sensual Madonna ketika mulai menapak karir di Kota New York, Amerika Serikat, pada tahun 1977. Dengan berbekal tarian sedikit seronok, gadis seksi kelahiran Bay City, Michigan, 16 Agustus 1959 ini mencoba menguasai panggung showbiz di kota gemerlap Negeri Paman Sam tersebut. Awalnya, pemilik nama Madonna Louise Veronica Ciccone ini bermimpi menjadi penari balet yang handal. Namun, tiga tahun kemudian, Madonna berubah pikiran dan hendak menjadi seorang biduan. Setelah berjuang keras selama hampir tiga tahun, ia pun merilis single perdananya "Holiday" pada musim panas 1983.

Dalam hitungan hari, tembang Holiday pun menapak tangga Top 40 Billboard. Sukses ini tergolong bagus buat penyanyi pendatang baru di blantika musik AS. Tak lama kemudian, Madonna kembali meluncurkan singel yang berjudul "Borderline". Kali ini, lagu berirama Rhythm and Blues dengan sentuhan musik disko tersebut berhasil menggapai tangga ke-10 Billboard. Keberhasilan Madonna itu memang tak terlepas dari penampilan yang menonjolkan kecantikan sekaligus sensualitas pada dua video klip-nya.

Dengan sukses dua lagunya itu, Madonna pun berani meluncurkan album perdana yang diberi judul sama dengan sapaan akrabnya, "Madonna". Album pertama Madonna ini pun meledak seiring pujian para penggemar musik pop atas penampilan "memukau" penyanyi pendatang baru itu. Tak aneh, soalnya penampilan Madonna yang memamerkan tubuh seksi nan menggiurkan seakan mengingatkan sejumlah kalangan akan mendiang bom seks Hollywood era 1950-an, Marilyn Monroe.

Boleh dibilang, saat itu, publik dan dunia hiburan AS memang terperanjat dengan penampilan "bombastis" Madonna. Benua Amerika memang gudangnya penyanyi maupun musisi handal. Tapi, penyanyi yang sekaligus dapat meliuk-liukkan badan seirama dengan musik sangat jarang. Tak cuma itu, Madonna pun dengan sempurna memanfaatkan sarana layar kaca untuk mengawali kesuksesannya. Apalagi, jaringan Music Television (MTV) memang tengah "memindahkan" hingar bingar panggung musik ke dalam layar kaca. Selain Madonna, MTV banyak mengorbitkan sejumlah musisi pendatang baru, tentunya, dengan membuat video klip bermutu menurut ukuran jaringan televisi tersebut.

Ternyata, fenomena baru yang ditawarkan MTV mengundang protes sejumlah musisi AS "angkatan lama". Penyanyi soul terkenal Daryl Hall dan John Oates, misalnya. Dalam sebuah debat yang juga dihadiri Madonna, meski tak menyerang secara langsung, duo kondang AS itu tak setuju setiap musisi diharuskan tampil layaknya artis film bila ingin mempromosikan lagu maupun album mereka di MTV. "Kami musisi sejati tak mungkin mengorbankan bakat kami di bidang seni musik untuk tampil 'bodoh' di depan kamera. Kami percaya hal itu [bila tetap tak berakting] tak akan mempengaruhi para penggemar kami," ucap Oates.

Komentar sinis dari dua seniornya tersebut ternyata ditanggapi secara bijak oleh Madonna. Superstars baru AS ini pun dengan enteng menjawab: "Setiap penyanyi atau pemusik mau tak mau harus 'pintar' berakting di depan kamera. Ketika lensa kamera mengabadikan konser mereka, otomatis penyanyi maupun pemusik sudah berakting."

Jawaban cerdas Madonna itu boleh jadi mewakili era pemusik maupun penyanyi generasi terbaru Amerika Serikat. Seiring dengan itu, wajah-wajah baru pun mengisi blantika musik di sana. Itu juga terjadi di belahan dunia lainnya, yakni Daratan Eropa yang juga menjadi barometer perkembangan musik internasional. Tentunya, dengan penggemar yang muda belia pula. Kegemilangan pemusik Baby Boomer Generation--generasi yang lahir pascaPerang Dunia Kedua--tersaingi. Era X Generation pun dimulai.

Perjalanan karier si "Material Girl" ini juga melejit di tahun-tahun berikutnya. Album demi album dirilis meraih sukses di mana-mana. Seiring dengan sukses tersebut, Madonna menjadi binal. Bahkan, sekali waktu, ia sempat berbugil ria ketika mengunjungi sebuah butik terkenal. Ulah Madonna di panggung juga tak kalah seronok. Bayangkan, pelantun "Lucky Star" ini kerap meniru adegan hubungan seks di atas panggung yang secara detail tak pantas sekali untuk ditulis di sini. Madonna, dalam konser-konsernya tampil dengan busana yang tidak senonoh dan memakai salib besar, yang dinilai menghujat agama Nasrani. Dalam satu klipnya, ia juga melakukan gerakan seks di atas altar dengan latar salib terbakar.

Kebinalan Madonna memang tak terlepas dari kehancuran tali perkawinan yang dibina selama empat tahun bersama aktor Sean Penn pada Agustus 1985. Sepuluh tahun kemudian, Madonna berubah seratus delapan puluh derajat. Ini setelah ia mendapat cercaan dari publik Argentika ketika shooting film Evita. Wajar saja. Soalnya, sebagian besar penduduk Argentina memang memuja mendiang istri presiden mereka yang dianggap seorang dewi.

Pengalaman itulah yang nampaknya mengubah perjalanan hidup Madonna, termasuk beberapa album terakhirnya. Madonna juga mengubah pandangan erotis terhadap dirinya menjadi sosok wanita feminim. Kebahagian hidupnya bertambah lengkap ketika Madonna mengucap ikrar hidup semati dengan sutradara asal Inggris, Guy Ritchie, pada 23 Desember 2000. Kemudian, Madonna bermukim di Inggris bersama sang suami dan dua anaknya. Kini, Madonna mengaku merasa malu jika mengingat masa yang berbau seks dan erotis tersebut.

Bagaimana dengan kehidupan penyanyi panggung di Indonesia? Sulit sekali menjawab hal ini dengan jernih. Bukan apa-apa, soalnya semenjak dahulu kala, banyak para penghibur di Tanah Air yang tak bisa jauh dari panggung politik kekuasaan. Sebagian dari mereka malah hanya bisa meniru dengan mengharap limpahan materi semata. Hak cipta pun dilanggar. Mereka pun ibarat meteor yang hanya melesat sesaat di angkasa.(ANS)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELEPAS KOLEKSIAN, MELEPAS KENANGAN (BAGIAN 1)