TAOGE, WASIAT DAN KHASIAT YANG TERABAIKAN
PADA suatu hari di sela-sela istirahat jam kerja, seperti biasa, aku melangkahkan kaki ke kantin di belakang gedung kantor. Di deretan meja tengah, beberapa rekan kerja tampak terlibat suatu obrolan mengasyikkan. "Wah, ngumpul nih!" pikirku sembari menghampiri mereka. Setelah menyapa sana-sini, aku pun beranjak sebentar untuk memesan sebuah makanan demi mengganjal perut yang mulai berbunyi kelaparan. Tak lama berselang, pesananku datang, yaitu sepiring tahu petis yang di antaranya berisi campuran taoge dan lontong.
"Ayo makan, semuanya," kataku berbasa-basi sebelum memulai menyantap hidangan petang tersebut. "Enak, Ndri," kata Fan, karibku menyergah. "Enak dong, cobain aja deh," ucapku sembari menyodorkan piring berisi tahu petis yang menerbitkan lidah bergoyang itu. "Taoge itu banyak khasiatnya, loh," timbrung Ocid, temanku yang Betawi asli tersebut. "Menarik tuh, sejarah taoge ditulis, Ndri," timpal Choy.
Ngomong-ngomong soal taoge, ingatanku melayang ke masa-masa manis ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Bukan apa-apa, soalnya membuat taoge adalah pratikum pertamaku saat mempelajari ilmu alam dan hayati. Kala itu, tepatnya tahun 1978, Ibu Ambar--guru IPA-ku--menyuruh kelasku membuat taoge dari kacang hijau. Susah-susah gampang sih. Pertama, kita membeli kacang hijau. Kemudian, kacang hijau itu kita rendam di baskom selama satu hari. Nah, kacang hijau yang tenggelam itulah yang kita pilih untuk membuat taoge. Terus sejumlah kacang pilihan itu dimasukkan ke dalam stoples kaca terbuka yang di dalamnya dialasi kapas secukupnya. Setiap hari selama lima hari, kita harus rajin menyiram bakal kecambah itu. Akhirnya, taoge buatanku pun jadi. Wah, senengnya melihat percobaan pertamaku berhasil.
Mengapa doyan makan taoge? Sebenarnya aku getol makanan yang bercampur taoge karena pengaruh lingkungan sekitar. Apalagi, saat itu, sejumlah penjual makanan khas Betawi masih merajai perkampungan pinggiran Jakarta. Dari penjual laksa, soto Jakarta, soto mie, mie rebus, risol, hingga tukang bakso mudah ditemui di pelosok Ibu Kota. Namun, kayaknya tak perlu lebih detail diulas sekarang. Toh, sebagian penjual tersebut masih ada meski agak sulit menemui mereka.
Nah menariknya, sebagian penduduk asli Jakarta beranggapan bahwa taoge dapat meningkatkan kesuburan. Kerap kali terdengar, seorang bapak atau ibu menasihati sang anak maupun si menantu agar mengkonsumsi taoge bila ingin cepat mempunyai momongan. Tapi, hingga kini, khasiat taoge tersebut belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Yang jelas, taoge mengandung nilai gizi tinggi (vitamin E), murah, dan mudah didapat.
Sebagian besar ahli gizi memang tak menampik bila vitamin E disebutkan sebagai antioksidan yang dapat melindungi sel dari serangan radikal bebas. Dengan mengkonsumsi taoge, sebagian orang berasumsi bahwa kandungan vitamin E-nya bakal melindungi sel-sel telur atau spermatozoa dari berbagai kerusakan akibat serangan radikal bebas. Serangan radikal bebas pada spermatozoa memang dapat menyebabkan sel tersebut cacat. Misalnya terjadi abnormalitas pada bagian ekor atau kepala, sehingga mempengaruhi mobilitasnya (daya gerak) dalam mencapai dan membuahi sel telur. Akibatnya, sulit terjadi proses kehamilan. Sebaliknya, serangan radikal bebas pada sel telur wanita juga akan berdampak buruk, sehingga proses pembuahan tidak dapat berlangsung dengan baik. Akan tetapi, sekali lagi, asumsi tersebut harus dibuktikan secara ilmiah.
Sejatinya, bahan baku taoge seperti sudah disebut di atas berasal dari kacang hijau. Namun, bisa pula dibuat dari kacang kedelai. Kacang-kacangan juga dikenal sebagai sumber energi dan protein yang berguna bagi tubuh manusia yang tak kalah dengan daging. Ternyata, sejak ribuan tahun lampau, manusia selain berburu juga kerap memanfaatkan kacang-kacangan yang tumbuh subur di Benua Asia, Afrika, Amerika, dan kawasan lainnya, sebagai makanan pelengkap. Ini dibuktikan dengan banyaknya ragam makanan yang bahan bakunya dibuat dari kacang-kacangan.
Dunia ilmu pengetahuan mengenal kacang-kacangan sebagai keluarga tumbuhan Leguminosae atau tanaman dikotiledon (memiliki dua keping biji) yang kaya akan zat gizi. Atau, merupakan cadangan makanan bagi embrio selama germinasi (proses berkecambah). Sayangnya, banyak orang masih menganggap bahwa kacang-kacangan adalah "daging" bagi kaum miskin. Padahal, sesungguhnya kacang-kacangan adalah sumber protein yang sangat berharga. Protein kacang-kacangan umumnya kaya akan kandungan zat dan senyawa yang berguna bagi tubuh.
Tak cuma itu, kacang-kacangan juga merupakan sumber lemak, vitamin, mineral, dan serat pangan (dietary fiber). Kadar serat dalam kacang-kacangan mempunyai peran yang sangat penting akhir-akhir ini, yaitu untuk mencegah berbagai penyakit degeneratif, seperti jantung, ginjal, dan hati. Sebuah penelitian muktahir di Indonesia malah membuktikan bahwa kecambah kedelai yang kerap dijadikan taoge mempunyai khasiat menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi).
Selain memiliki senyawa-senyawa yang berguna, ternyata kacang-kacangan juga mengandung sejumlah senyawa antigizi. Nah, satu di antara upaya menghilangkan zat-zat antigizi tersebut adalah dengan membuat kacang-kacangan berkecambah menjadi taoge. Sedangkan proses berkecambah dipengaruhi oleh kondisi dan tempat. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh adalah air, gas, suhu, dan cahaya. Dan, dengan segudang khasiat tersebut, masihkah kita meremehkan taoge?(ANS/Berbagai Sumber)
PADA suatu hari di sela-sela istirahat jam kerja, seperti biasa, aku melangkahkan kaki ke kantin di belakang gedung kantor. Di deretan meja tengah, beberapa rekan kerja tampak terlibat suatu obrolan mengasyikkan. "Wah, ngumpul nih!" pikirku sembari menghampiri mereka. Setelah menyapa sana-sini, aku pun beranjak sebentar untuk memesan sebuah makanan demi mengganjal perut yang mulai berbunyi kelaparan. Tak lama berselang, pesananku datang, yaitu sepiring tahu petis yang di antaranya berisi campuran taoge dan lontong.
"Ayo makan, semuanya," kataku berbasa-basi sebelum memulai menyantap hidangan petang tersebut. "Enak, Ndri," kata Fan, karibku menyergah. "Enak dong, cobain aja deh," ucapku sembari menyodorkan piring berisi tahu petis yang menerbitkan lidah bergoyang itu. "Taoge itu banyak khasiatnya, loh," timbrung Ocid, temanku yang Betawi asli tersebut. "Menarik tuh, sejarah taoge ditulis, Ndri," timpal Choy.
Ngomong-ngomong soal taoge, ingatanku melayang ke masa-masa manis ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Bukan apa-apa, soalnya membuat taoge adalah pratikum pertamaku saat mempelajari ilmu alam dan hayati. Kala itu, tepatnya tahun 1978, Ibu Ambar--guru IPA-ku--menyuruh kelasku membuat taoge dari kacang hijau. Susah-susah gampang sih. Pertama, kita membeli kacang hijau. Kemudian, kacang hijau itu kita rendam di baskom selama satu hari. Nah, kacang hijau yang tenggelam itulah yang kita pilih untuk membuat taoge. Terus sejumlah kacang pilihan itu dimasukkan ke dalam stoples kaca terbuka yang di dalamnya dialasi kapas secukupnya. Setiap hari selama lima hari, kita harus rajin menyiram bakal kecambah itu. Akhirnya, taoge buatanku pun jadi. Wah, senengnya melihat percobaan pertamaku berhasil.
Mengapa doyan makan taoge? Sebenarnya aku getol makanan yang bercampur taoge karena pengaruh lingkungan sekitar. Apalagi, saat itu, sejumlah penjual makanan khas Betawi masih merajai perkampungan pinggiran Jakarta. Dari penjual laksa, soto Jakarta, soto mie, mie rebus, risol, hingga tukang bakso mudah ditemui di pelosok Ibu Kota. Namun, kayaknya tak perlu lebih detail diulas sekarang. Toh, sebagian penjual tersebut masih ada meski agak sulit menemui mereka.
Nah menariknya, sebagian penduduk asli Jakarta beranggapan bahwa taoge dapat meningkatkan kesuburan. Kerap kali terdengar, seorang bapak atau ibu menasihati sang anak maupun si menantu agar mengkonsumsi taoge bila ingin cepat mempunyai momongan. Tapi, hingga kini, khasiat taoge tersebut belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Yang jelas, taoge mengandung nilai gizi tinggi (vitamin E), murah, dan mudah didapat.
Sebagian besar ahli gizi memang tak menampik bila vitamin E disebutkan sebagai antioksidan yang dapat melindungi sel dari serangan radikal bebas. Dengan mengkonsumsi taoge, sebagian orang berasumsi bahwa kandungan vitamin E-nya bakal melindungi sel-sel telur atau spermatozoa dari berbagai kerusakan akibat serangan radikal bebas. Serangan radikal bebas pada spermatozoa memang dapat menyebabkan sel tersebut cacat. Misalnya terjadi abnormalitas pada bagian ekor atau kepala, sehingga mempengaruhi mobilitasnya (daya gerak) dalam mencapai dan membuahi sel telur. Akibatnya, sulit terjadi proses kehamilan. Sebaliknya, serangan radikal bebas pada sel telur wanita juga akan berdampak buruk, sehingga proses pembuahan tidak dapat berlangsung dengan baik. Akan tetapi, sekali lagi, asumsi tersebut harus dibuktikan secara ilmiah.
Sejatinya, bahan baku taoge seperti sudah disebut di atas berasal dari kacang hijau. Namun, bisa pula dibuat dari kacang kedelai. Kacang-kacangan juga dikenal sebagai sumber energi dan protein yang berguna bagi tubuh manusia yang tak kalah dengan daging. Ternyata, sejak ribuan tahun lampau, manusia selain berburu juga kerap memanfaatkan kacang-kacangan yang tumbuh subur di Benua Asia, Afrika, Amerika, dan kawasan lainnya, sebagai makanan pelengkap. Ini dibuktikan dengan banyaknya ragam makanan yang bahan bakunya dibuat dari kacang-kacangan.
Dunia ilmu pengetahuan mengenal kacang-kacangan sebagai keluarga tumbuhan Leguminosae atau tanaman dikotiledon (memiliki dua keping biji) yang kaya akan zat gizi. Atau, merupakan cadangan makanan bagi embrio selama germinasi (proses berkecambah). Sayangnya, banyak orang masih menganggap bahwa kacang-kacangan adalah "daging" bagi kaum miskin. Padahal, sesungguhnya kacang-kacangan adalah sumber protein yang sangat berharga. Protein kacang-kacangan umumnya kaya akan kandungan zat dan senyawa yang berguna bagi tubuh.
Tak cuma itu, kacang-kacangan juga merupakan sumber lemak, vitamin, mineral, dan serat pangan (dietary fiber). Kadar serat dalam kacang-kacangan mempunyai peran yang sangat penting akhir-akhir ini, yaitu untuk mencegah berbagai penyakit degeneratif, seperti jantung, ginjal, dan hati. Sebuah penelitian muktahir di Indonesia malah membuktikan bahwa kecambah kedelai yang kerap dijadikan taoge mempunyai khasiat menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi).
Selain memiliki senyawa-senyawa yang berguna, ternyata kacang-kacangan juga mengandung sejumlah senyawa antigizi. Nah, satu di antara upaya menghilangkan zat-zat antigizi tersebut adalah dengan membuat kacang-kacangan berkecambah menjadi taoge. Sedangkan proses berkecambah dipengaruhi oleh kondisi dan tempat. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh adalah air, gas, suhu, dan cahaya. Dan, dengan segudang khasiat tersebut, masihkah kita meremehkan taoge?(ANS/Berbagai Sumber)
Komentar
Posting Komentar