BOO...

JELMAAN perempuan berambut panjang dan bergaun putih memang kerap muncul di berbagai sinetron yang mengisahkan soal misteri atau yang berkenaan dengan alam gaib, belakangan ini. Rating tayangan itu, bahkan disebut-sebut menyaingi berita kriminalitas di sejumlah stasiun televisi. Cerita berbau mistis dan kelenik ini memang menarik dari segi hiburan. Tak dimungkiri memang, sebagian masyarakat Indonesia masih mempercayai hal-hal seperti itu meski sayangnya ada yang mendekati hal berbau syirik atau musyrik.

Dan, sebagian kalangan justru menganggap kejadian-kejadian itu hanyalah rekaan atau muncul akibat halunisasi manusia. Antara percaya dan tidak, mungkin itulah yang menghinggapi benak manusia-manusia modern di perkotaan. Sulit memang, mempercayai sesuatu yang gaib meski seluruh agama jelas menerangkan soal itu.

Siapa sih yang mau berhadapan dengan kekuatan gaib? Boleh percaya, boleh tidak, hal seperti ini kerap dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu kekuatan ilmu hitam, godaan setan, hingga gangguan jin. Semua itu memang relatif dan tak memilih tempat, bisa di kota maupun desa.

Ambil contoh, gangguan jin yang menghantui kediamanku, dua pekan terakhir. Gangguan jahat ini pertama kali menyerang istriku yang tengah terlelap pada suatu tengah malam. "Tolong, leher gue dicekik". Sontak, diriku langsung memegangi urat nadi di kedua lengan tangannya. Bersamaan dengan itu, aku merasakan hawa dingin menerpa sekujur tubuhku. Seluruh bulu roma merinding seketika.

Asma Allah dan untaian ayat-ayat suci Alquran, yang telah lama tak diucapkan, pun mengalun deras melalui bibirku. "Panas... panas...", sayup-sayup terdengar rintihan dari mulut istriku dengan mata melotot. Cekalanku di kedua lengannya semakin erat dan kencang. "Ampun... sudah... sudah...", rintihan itu kembali terdengar.

Saat itu jarum jam dinding di kamarku telah menunjukkan pukul 00.30 WIB. Tak lama kemudian, istriku tersadar. "Ada apa?", tanya dia dengan tubuh berbanjir peluh. "Tidak ada apa-apa. Sana tidur lagi, gih!" Istriku terlelap lagi. Bersamaan dengan itu, kakiku beranjak menuju kamar mandi untuk berwudu.

Baru saja hendak melangkahkan kaki menuju kamar, hawa dingin itu kembali menerpa tubuhku. "Ya, Allah, gangguan ini datang lagi". Asma Allah dan untaian ayat suci Alquran pun kudengungkan dengan lamat-lamat. Hawa dingin itu beranjak pergi. Namun, istriku terbangun dari pembaringan. Dia beranjak dan melangkah ke pintu depan. Karena pintu terkunci, dia duduk di sofa tamu depan kamar. Ada yang aneh, separuh mukanya dibalut warna kelam. Hitam bola matanya setengah naik ke atas.

Melihat keadaan tersebut, tanganku segera menampar pipinya. "Bangun!", seruku. Secara perlahan, kedua matanya kembali tersingkap. Setengah bertanya, dia kembali menanyakan gerangan yang menimpa dirinya. Kupeluk tubuh dia erat sembari membelai punggungnya dengan lembut. Tiba-tiba, dia berteriak: "Ada perempuan berambut panjang di atas dan menyanyi dengan suara parau".

Ups! Secara otomatis, kukumpulkan kekuatan batinku mengusir gangguan tersebut. Tak sia-sia, gangguan itu sirna. Untuk memastikan gangguan itu tak muncul lagi, aku segera membuat wedang jahe panas dan meminumkan kepada istriku. Setelah itu, kami berdua tidur lagi. Alhamdulillah, hingga subuh gangguan itu tak muncul lagi.

Malam berikutnya, gangguan itu kembali menerpa istriku meski berlangsung hanya sekitar satu jam. Kali ini, aku menyuruh istriku salat tahajud. Syukurlah, gangguan jin tersebut berkat pertolongan Yang Maha Kuasa tak berani lagi merasuki tubuh istriku. Begitu pula hari-hari berikutnya, jin dengan segala bentuk penyamarannya itu tak berani menyerang langsung. Jelmaan jahat itu hanya bisa melancarkan teror jarak jauh. Itu pun kami abaikan. Mungkin, itulah satu di antara cara mengusir gangguan jin, selain tentunya mendekatkan diri kepada Sang Khalik.(ANS)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELEPAS KOLEKSIAN, MELEPAS KENANGAN (BAGIAN 1)