JINGGA DI KIARAPAYUNG
(Bagian Pertama)

PENDOPO itu tampak menjulang di sebuah puncak perbukitan kecil. Kawasan yang lebih dikenal dengan nama Kiarapayung ini sekitar belasan kilometer sebelah tenggara Kota Bandung, Jawa Barat. Saat itu, mentari yang condong ke barat masih cukup menerangi jalanan menuju perbukitan itu. Sekelebat tiga mahasiswa yang memanggul ransel ukuran sedang tampak berlari mendaki bukit landai tersebut.

Sembari memacu langkah kaki dan seakan tak mengenal lelah, pemuda yang berambut rada gondrong berkata kepada kedua sobat akrabnya itu. "Sialan lu, ngapain sih ngajak gue mengikuti latihan instruktur lapangan. Toh, pengalaman gue sudah bejibun. Mendingan, gue melancong ke Nusatenggara Timur". Pemuda yang kerap dipanggil "Bangkong" ini memang terkenal sebagai mahasiswa paling acuh atau dingin di fakultas yang gudangnya mahasiswi cantik dan manis itu. Dan, nyaris seluruh daratan dan perairan di Tanah Air pernah disentuhnya.

Gerutuan pemuda yang memang rada nyentrik di lingkungan Kampus Dipatiukur itu tak ditanggapi kedua rekannya. "Udah deh, ikutin aja dulu. Kalau enggak menarik, toh, kita bisa balik lagi," sergah lelaki satunya lagi yang membawa gitar kopong.

Pemuda yang itu memang personel band lumayan kondang di Kota Kembang, meski tak jelas aliran musiknya. Terkadang hanyut memainkan blues, tapi juga bisa larut saat memacu nada bertempo cepat dan energik musik heavy metal. Lelaki yang tak malu-malu mengaku kecanduan ganja ini senang bila dipanggil dengan nama Teddy.

"Sudah-sudah, begitu aja ribut," ucap lelaki ketiga yang bertubuh tinggi ceking. Mahasiswa yang satu ini memang rada kalem meski karakternya dapat berubah total saat memimpin ratusan mahasiswa yang berunjuk rasa memperjuangkan nasib para petani di sejumlah daerah. Selain otaknya berisi, dia terkenal radikal. Bahkan, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan sempat menyerah ketika suatu waktu beradu mulut dengannya soal aturan demonstrasi di halaman kampus.

Sorak-sorai ramai segera membuyarkan debat kecil di antara tiga lelaki tersebut. Belasan mahasiswa-mahasiswi yang tengah berkumpul di pendopo berhamburan keluar menyambut gembira kedatangan "makhluk-makhluk aneh" itu. "Kirain, enggak datang. Tadinya, kami sulit ngebayangin bila kalian tak berpartisipasi," kata Ketua Panitia Perkemahan yang sering dipanggil "Mejeng" itu.(Bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELEPAS KOLEKSIAN, MELEPAS KENANGAN (BAGIAN 1)