NGEBERESIN "ROH" YANG TERSERAK

"Tiga tahun? Waktu selama itu hanya buat ngeberesin koleksi kaset?
"Benar, kok, tiga tahun."
"Lama banget!"
"Iya, soalnya enggak ada waktu luang yang ngepas."

Begitulah keheranan seorang sobat kental gue, sebut saja Bram, saat berjumpa di suatu sore pasar dekat terminal. Gue dan Bram memang akrab. Kami kerap saling meminjamkan koleksi musik, dari kaset, video compact disk, MP3 hingga compact disk. Dari Bram pulalah, gue bisa ngeset amplifier berikut loud speaker yang lumayan rumit itu. Sementara mengenai selera musik, gue dan Bram agak berbeda meski sama-sama nyandu hard rock. Gue lebih condong ke rock progresive, sedangkan Bram menyukai yang slow rock atau ballad. Toh, kami tetap nyambung.

Pembicaraan kali ini pun tak jauh-jauh dari dunia hingar-bingar musik keras. Dari kabar burung yang menyebutkan mantan personel Beatles Paul McCartney meninggal dunia--ternyata bohong--hingga sebuah radio rock klasik di Jakarta yang diisukan awal bulan depan bakal almarhum. Wuih, pokoke, seru banget. Di sela-sela obrolan, si Bram mau minjam beberapa koleksi kaset dan CD Rush gue. Udah deh, gue langsung nyerocos bahwa koleksi kaset grup asal Kanada itu banyak yang hilang.

"Kok bisa," sergah Bram. Langsung aza, gue bilang baru ketahuan setelah ngeberesin seluruh kaset koleksi yang ada. "Tadi malam gue kerja keras menyusun kembali ratusan kaset yang terserak di berbagai sudut kamar," tegas gue. "Hmm... Gue pinjem kasetnya nanti aza deh," balas Bram. "Sekarang gue 'cabut' dulu, ya, ucap Bram sambil ngeloyor. Begitulah Bram, datang dan pergi bagaikan deru campur debu, seolah menjiwai lagu Dust in The Wind-nya Kansas.

Setelah tubuh Bram menghilang, gue pun balik ke rumah. Sesampai di rumah, gue ngelirik ke lemari kaset. Ada sepuluh baris dan masing-masing dinamai berdasarkan kategori. Baris paling atas diberi nama indeks, Keras bin Kenceng alias koleksi grup heavy metal dan sebagainya. Terus baris kedua Lumayan Bising atau band-band beraliran hard rock. Di baris ketiga dinamai Buyut Rock atau super group. Pada baris keempat disebut Generasi Bunga, pokoknya progresive rock hingga blues.

Sedangkan enam baris di bawahnya tak kalah dahsyat. Baris kelima disebut Indonesia Raya, dari God Bless, Rolies, Power Metal, hingga Iwan Fals. Di baris keenam dinamai Sorangan Wae Rada Berat, yaitu koleksi dari vokalis, gitaris, basis, drummer, hingga pianis sejumlah band rock terkenal atau sudah bersolo karier. Sedangkan di baris ketujuh adalah Album Solo Agak Ringan yang berisi koleksi sejumlah penyanyi solo beraliran slow atau balada. Tumpukan kedelapan adalah Enjoy Aza alias campuran berbagai jenis musik dari jazz, fussion, hingga pop. Paling bawah disebut Zaman Kuda Gigit Besi karena berisi koleksi berbagai musik klasik seperti Mozart dan Chopin.

Berselang kemudian, tangan dan kuping gue mulai gatal. Tau-tau, album Led Zeppelin IV berpindah ke tangan gue. Hanya hitungan semenit, jeritan Robert Plant dan cabikan gitar Jimmy Page membahana di ruangan kamar. "Hei, satu jam lagi kan harus masuk kantor," ingat istri gue. Udeh dah, volume setengah ampli [cukup bising] itu gue kecilkan. Suara bergumanan khas Plant itu pun menghilang. Namun, Black Dog, Rock And Roll, dan Stairway To Heaven telanjur menyemangati hasrat hidup gue. Hidup yang sempat mengharu-biru, bahkan terserak. You Can`t Stop Rock N Roll. Rock Never Dies, Oye!!!(Novh)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELEPAS KOLEKSIAN, MELEPAS KENANGAN (BAGIAN 1)