SI PEMBUAL BARON VON MUNCHAUSEN [BAGIAN PERTAMA]

NAMA Baron von Munchausen mungkin tak asing bagi telinga bocah-bocah di Jerman dan Rusia. Cerita petualangan Baron yang memiliki nama lengkap Karl Friedrich Hieronymous von Munchausen ini mungkin hampir menyaingi kemasyhuran Kisah Sinbad Si Pelaut Ulung atau Aladdin dan Lampu Wasiat dalam Dongeng 1001 Malam dari Baghdad. Saking terkenalnya, kisah petualangan bangsawan Bangsa Arya tersebut dijadikan pengantar tidur kanak di Jerman dan Rusia selama hampir tiga abad. Tepatnya, sejak paruh terakhir abad XVIII hingga awal abad XXI sekarang ini.

Petualangan Munchausen dimulai ketika dirinya merasa jemu, apalagi hobi berburu bebek di hutan tak lagi menyenangkan hatinya. Meski hidup berkecukupan dan memiliki sebuah puri kecil, Munchausen mempunyai hasrat mengunjungi negeri-negeri Timur yang memiliki peradaban tinggi ketimbang Eropa dan berlimpah kemewahan. Dia mengetahui kabar itu dari seorang saudagar yang berkunjung ke tempatnya. Saudagar tersebut membisiki telinga Munchausen akan keajaiban negeri-negeri Timur. Belum lagi para penguasa Timur yang dikabarkan menimbun batu permata, emas, dan perhiasan dalam gudang harta di istana-istana mereka yang super megah. Salah satunya adalah Sultan Turki yang kerajaannya berbatasan langsung dengan Benua Eropa.

Jarak Jerman dan Turki terlampau jauh bagi Munchausen. Namun, ia sudah tak sabar lagi berpetualang ke negeri impian. Ada sekian hari Si Munchausen merenung di dalam kamarnya. Otaknya berputar kencang memikirkan hasratnya itu. Akhirnya muncul sebuah ide. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Munchausen segera meminta sejumlah pelayan menyiapkan meriam paling besar yang ada di bentengnya. Meriam ini seukuran batang pohon terbesar yang tumbuh di halaman purinya. Peluru hitam bundar pun disiapkan. Para pelayan sempat meragukan kesungguhan hati majikannya itu. Tapi, keraguan ini dijawab Munchausen dengan senyuman. Setelah semuanya siap, Munchausen memanjat meriam gede itu hingga ke bagian moncongnya. Tak berapa lama, meriam disulut. Maka, terbanglah Si Munchausen bersama peluru meriam.(NOVH/Berbagai sumber)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELEPAS KOLEKSIAN, MELEPAS KENANGAN (BAGIAN 1)