BEBERAPA JAM MENJELANG PENCOBLOSAN
TAK sampai delapan jam lagi, sekitar 155 juta orang bakal memilih kandidat presiden. Waktu yang sangat singkat, namun cukup untuk sebuah "serangan fajar". Serangan fajar? Boleh jadi, bagi-bagi uang atau barang untuk mengarahkan sejumlah konstituen untuk memilih kandidat tertentu bakal mewarnai pemilihan presiden kali ini. Apalagi tiga hari terakhir, khalayak disuguhkan maraknya kampanye negatif, propaganda, fitnah, isu hingga fatwa haram golput dan presiden perempuan. Pelakunya siapa lagi, kalau bukan kedua kubu dari dua pasangan capres-cawapres yang bakal bertarung pada Senin ini. Begitulah ingar-bingar panggung politik di Tanah Air.
Pertanyaan terpenting adalah: Siapakah kandidat yang bakal tampil sebagai pemenang? Hitung-hitungan di atas kertas mungkin tak banyak berarti, soalnya banyak kemungkinan bisa terjadi. Kalau melihat pilpres putaran pertama, 5 Juli silam, pemilih hanya mencapai sekitar 100 juta. Sementara 55 juta lainnya memilih menjadi golput.
Ada prediksi yang mengatakan jumlah golput bakal membengkak di pemilihan presiden secara langsung pada babak ini. Banyak alasannya, memang. Dari kekecewaan terhadap integritas kedua kandidat hingga kemuakan melihat sepak terjang para elite politik yang hanya mengejar kedudukan atau kepentingan kelompok semata. Begitulah dinamika demokrasi di Indonesia saat ini, banyak ketidakkonsistenan.
Janji dan slogan, rakyat mungkin sudah muak dengan hal semacam itu. Siapa pun yang terpilih tak menjadi soal asalkan memenuhi harapan rakyat. Dengan kata lain, rakyat lebih mementingkan goodwill pemerintahan mendatang untuk menuntaskan seluruh amanat reformasi. Bisakah terwujud? Kita tunggu saja.(ANS/Celoteh Anak Bangsa)
TAK sampai delapan jam lagi, sekitar 155 juta orang bakal memilih kandidat presiden. Waktu yang sangat singkat, namun cukup untuk sebuah "serangan fajar". Serangan fajar? Boleh jadi, bagi-bagi uang atau barang untuk mengarahkan sejumlah konstituen untuk memilih kandidat tertentu bakal mewarnai pemilihan presiden kali ini. Apalagi tiga hari terakhir, khalayak disuguhkan maraknya kampanye negatif, propaganda, fitnah, isu hingga fatwa haram golput dan presiden perempuan. Pelakunya siapa lagi, kalau bukan kedua kubu dari dua pasangan capres-cawapres yang bakal bertarung pada Senin ini. Begitulah ingar-bingar panggung politik di Tanah Air.
Pertanyaan terpenting adalah: Siapakah kandidat yang bakal tampil sebagai pemenang? Hitung-hitungan di atas kertas mungkin tak banyak berarti, soalnya banyak kemungkinan bisa terjadi. Kalau melihat pilpres putaran pertama, 5 Juli silam, pemilih hanya mencapai sekitar 100 juta. Sementara 55 juta lainnya memilih menjadi golput.
Ada prediksi yang mengatakan jumlah golput bakal membengkak di pemilihan presiden secara langsung pada babak ini. Banyak alasannya, memang. Dari kekecewaan terhadap integritas kedua kandidat hingga kemuakan melihat sepak terjang para elite politik yang hanya mengejar kedudukan atau kepentingan kelompok semata. Begitulah dinamika demokrasi di Indonesia saat ini, banyak ketidakkonsistenan.
Janji dan slogan, rakyat mungkin sudah muak dengan hal semacam itu. Siapa pun yang terpilih tak menjadi soal asalkan memenuhi harapan rakyat. Dengan kata lain, rakyat lebih mementingkan goodwill pemerintahan mendatang untuk menuntaskan seluruh amanat reformasi. Bisakah terwujud? Kita tunggu saja.(ANS/Celoteh Anak Bangsa)
Komentar
Posting Komentar