MENANTI CAHAYA HATIKU
(Penantian Seorang Teman Terdekat )

RODA kereta itu mulai berputar saat diriku tengah menatap tepian rel. Bukan...bukan itu yang kunanti. Kembali kutarik kedua kakiku dan kuikat kedua lututku dalam satu pelukan. Dan, kujadikan tumpuan bagi kepalaku yang cuma satu.

Kutengadah, kutengoki cakrawala yang mulai memerah. Biru terhalang dan mulai digerayangi merahnya cahaya di ufuk sana.

Sesekali kuputar leher memastikan kapan keretaku tiba sampai birunya langit kembali pekat kemerahan kemudian hilang dalam gelapnya. Sampai hilang matahari tetap tak kunjung ada. Setengah tertidur kupicingkan mata, sesekali, dan mulai terasa meski tak terdengar. Tapi kutahu, mereka mengelilingiku seolah menatap genit dari kejauhan.

Kuangkat kembali kepalaku, menengadah ke langit. Mulai kuhitung: satu...dua...tiga...sembilan...
Aku berteriak, "Aku tak sendiri...!"

Namun mereka tetap terdiam memandang kosong ke arahku seolah aku tak di sini lagi.Aku hanya bisa memelototi satu per satu. Kuputar kepala, kumiringkan badan, sambil terus memandangi.

Hanya satu diantara mereka yang kukenal. Pancarannya yang biasa cerah terlihat agak sedikit pudar. Mulanya aku tak yakin apakah benar dia, tapi memang dia.

Tak lagi kupikirkan kereta yang datang. Kucoba menghampirinya. Tapi, begitu jauh. Hanya cahayanya yang dapat sampai padaku. Begitu pun dengan lainnya, jauh. Namun tak seterang yang kukenal ini.

Kucoba menangkap maknanya, namun terlalu jauh untuk kumengerti. Jadi, kubiarkan saja mereka menatapi aku sesukanya sambil tetap kulalui penantianku.

Di antara mereka, cuma satu yang berani menatapku seperti itu. Dia yang sepertinya kukenal. Mereka cerahkan malam, gantikan mentari kala siang. Kucuma berharap satu yang kukenal, dapat terus kugenggam, kembali menemaniku dalam penantian ini. Oh...

~someone~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELEPAS KOLEKSIAN, MELEPAS KENANGAN (BAGIAN 1)