MENDONGKRAK OTAK YANG MULAI KEDODORAN

BAGAIMANA cara melatih otak yang mulai berkarat? Pertanyaan ini mungkin menjadi pertanyaan sekian juta orang pada milenium baru ini. Wajarlah, mereka umumnya orang-orang yang sibuk, bahkan stres. Waktu mereka pun banyak tersita di ruang-ruang kerja nan tak bersahabat. Acapkali terdengar, seorang sarjana lulusan universitas terkemuka dengan nilai lulus memuaskan mengeluh dirinya seakan kehilangan kecerdasannya. Memori dan daya analisis otaknya cenderung menurun. Dia sudah pikun? Nanti dulu! Coba simak dulu uraian Richard Restak.

Profesor Neurologi di George Washington Medical Center, Washington DC, Amerika Serikat, ini menguraikan cara-cara melatih otak agar lebih pintar, bahkan jauh lebih pintar. Penulis sejumlah buku seputar neurologi ini menuangkan penelitian tersebut dalam sebuah buku bertajuk Smart and Smarter--sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, Smart and Smarter: Cara-Cara Melatih Otak agar Kita Menjadi Lebih Pintar dan Tetap Pintar.

Dalam bukunya itu, Restak mengungkapkan, otak adalah organ vital tubuh yang tak mengenal kata aus. Dengan kata lain kemampuan otak manusia selalu dapat dilatih. Namun ada persyaratan tertentu. Syarat utama ialah otak harus selalu dipergunakan secara terus-menerus.

Kinerja otak memang bekerja secara montase (penggabungan dua citra atau objek). Kerja otak pun bisa dibilang seperti pemancar, bekerja secara pancaran gelombang. Gelombang alfa dengan frekuensi tertentu berarti kondusif. Sedangkan beta menunjukkan keadaan tak kondusif, panik atau stres. Otak kanan berfungsi sebagai memori, adapun otak kiri berdaya analisis. Dua otak ini dapat bekerja secara bergantian atau berbarengan. Keduanya sama-sama bekerja, mengingat dan mencipta.

Tak hanya Restak. Sejumlah psikolog atau neurolog pun menganjurkan agar setiap individu senantiasa melatih kemampuan otak atau lebih populer disebut mengasah otak. Ada banyak pilihan untuk memberdayakan kemampuan otak. Yakni, membaca, menulis, melihat, mendengar--termasuk bermain musik atau mendengar musik, melakukan olah gerak, merenung, mengkhayal atau melamun.

Beberapa neurolog lain malah menganjurkan seseorang untuk melakukan senam otak. Senam otak adalah gerakan-gerakan yang menciptakan stimulus terhadap otot motorik sehingga tercipta rangsangan. Berbagai anjuran latihan itu memang perlu. Terlebih kemampuan otak manusia tidak dipengaruhi faktor turunan. Namun oleh makanan dan lingkungan, termasuk sejak manusia masih berupa janin. Memang, tak ada latihan secara spesifik. Apa yang dipikirkan sehari-hari pun bisa melatih.

Otak kanan, misalnya, berfungsi maksimal bila proses penyimpanan suatu ingatan disertai dengan asosiasi atau hubungan. Ini disebut teknik membangun asosiasi hubungan. Nah, kandungan memori plus asosiasi inilah yang dapat membuat seseorang cepat mengingat akan suatu objek.

Contoh gamblangnya begini. Ketika perut keroncongan, Susilo mungkin sontak berpikir tentang makanan. Ia kemudian mungkin menginginkan makanan yang hangat, seperti bubur ayam. Dan, dia cepat mengingat lokasi warung bubur ayam yang lezat karena tempatnya dekat rumah temannya, Jusuf. Susilo mengingat dengan cepat, soalnya ketika pertama kali menemukan warung bubur ayam tersebut ia langsung mengasosiasikannya dengan Jusuf. Bubur ayam adalah Jusuf. Jusuf adalah bubur ayam. Begitulah.

Cara-cara melatih otak memang penting. Namun perlu pula diperhatikan mengenai stres. Sebab, faktor paling potensial untuk menurunkan kualitas otak, pikiran, maupun kecerdasan adalah stres. Boleh dikatakan, stres itu adalah pemikiran dalam keadaan tertekan yang tak mendapat jawaban. Jadi, setiap masalah yang tak bisa ditemukan jalan keluarnya dapat mendatangkan stres. Sederet masalah itu, misalnya persoalan keluarga, perpisahan, kematian, perceraian, hingga krisis keuangan.

Selain stres, musuh utama yang menggerogoti memori otak adalah lupa atau pikun. Memang, banyak faktor yang memicu seseorang menjadi pelupa. Sebut saja penyumbatan darah akibat tingginya kadar kolesterol, kekurangan gizi, kualitas pernapasan termasuk udara yang diisap, dan kebiasaan merokok.

Terakhir, soal kecerdasan. Menurut Restak, otak manusia setidaknya mengandung 70 macam kecerdasan. Sebanyak 35 jenis di otak kanan dan 35 lainnya berada di otak kiri. Ini termasuk intelligence quotient (IQ), emotional quotient (EQ), dan spritual quotient. Memang, begitu banyak macam kecerdasan di otak manusia. Bahkan, sebagian ahli berpendapat, manusia umumnya baru memanfaatkan kemampuan otaknya hanya sebesar 10 persen.

Jadi, bolehlah dibilang, IQ tinggi tak menjamin seseorang menjadi pintar. Terlebih, IQ itu lebih mengacu kepada kemampuan berpikir logis, rasional, dan menghitung. IQ yang tak oke pun dapat ditunjang oleh EQ, bahkan SQ yang tinggi. Lebih utama lagi, pandai berimajinasi dan berdaya kreatif tinggi sehingga otak yang mulai kedodoran dapat kembali didongkrak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELEPAS KOLEKSIAN, MELEPAS KENANGAN (BAGIAN 1)