TAPAK BERDERAP (1)
Mata pun melayang pandang,
Dan tanpa memaling lagi, Sang Kembara melangkahkan kaki,
...
Satu hingga puluhan bilangan, langkah memang tergulut-gulut hampir menyeret, kerap serandung pula.
Namun biarlah, toh tak ada embun dan semerbak anyelir merah di taman hati ini,
Sampai akhirnya pada hitungan ratusan langkah,
Dan, sang waktu pun terus bergulir tanpa patokan belaka jam pasir.
***
KETIKA enam tapak bayang-bayang bersembunyi,
Kendati semburat kelabu fajar beriringan dersik malam serenta redum kejora menyisakan gigil,Sang Kembara dirana walau hati senyak.
tanpa ragu Sang Kembara beringsut menentang gulana.
Mata pun melayang pandang,
memunggung suram mentari.
Nun jauh di ufuk barat, kaki cakrawala,tampak puncak bukit berselubung perak mega gilap-gemilap.
Dan tanpa memaling lagi, Sang Kembara melangkahkan kaki,
nyaris tanpa berbekal paling berhana sekalipun, sebab terpenting semata hanyalah asa menerbit.
...
Satu hingga puluhan bilangan, langkah memang tergulut-gulut hampir menyeret, kerap serandung pula.
Namun biarlah, toh tak ada embun dan semerbak anyelir merah di taman hati ini,
hanyalah setangkai selasih kemangi membalur lara.
...Sampai akhirnya pada hitungan ratusan langkah,
barulah tapak ini mulai terasa ringan menjejak.
Berderap meski kersik kering terserak membentang,walau pula peluh merengat dan dengus merengap.
Dan, sang waktu pun terus bergulir tanpa patokan belaka jam pasir.
***
Komentar
Posting Komentar