TAPAK BERDERAP (4)

EMBUN menyapu sisa perapian dekat kaki Sang Kembara. Bening pagi dan merdu kicau burung hutan seakan berlomba membangunkan dirinya. Harum pagi nan cerah pun membuat Sang Kembara tak mau berlama-lama di pembaringan dedaunan pinus. Dia segera menyingkirkan lapik yang melelapkan tersebut. Besu tubuh tak terasakan lagi.

Gemercik aliran air tepian hutan ini menggoda Sang Kembara untuk membasuh muka, seolah membuang geram. Dingin bening air pegunungan itu menyejukkan hati. Tampak beberapa buah rambutan hutan hanyut terbawa aliran kali kecil. Tanpa ragu, dipungutlah buah ranum tersebut. Dan, sekerat roti kering dan buah segar itu cukuplah mengganjal keroncongan.

Tujuh tapak bayang-bayang tubuh terwujud di tanah, penanda Sang Kembara melanjutkan perjalanan. Jalanan setapak sedikit mendaki terbentang di muka. Tapak pun berderap lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELEPAS KOLEKSIAN, MELEPAS KENANGAN (BAGIAN 1)