TAPAK BERDERAP (6)

TANAH pijakan ini, masihlah sama, sama dengan setahun silam. Waktu, tanggal, hari pun masih sama: menjelang pergantian tahun. Ya, tak sampai dua jam lagi, tahun baru menyapa muram diri Sang Kembara.

Sementara, belukar makin memenuhi tepian jalan setapak yang juga semakin menyempit. Dan jejak-jejak pun tampak membekas di belakang, di tanah becek ini. Di hadapannya, terbentang jalanan menurun menuju lembah kecil.

Jauh di atas kepala Sang Kembara, laksaan kerlip cahaya dan mungkin lebih, menyapa akrab. Malam tak lagi kelam.

Taburan permata langit itu akhirnya menggoda Sang Kembara merehatkan diri. Tepat di atas batu di lembah itu. Setelah tarikan napas tak lagi pendek, ia pun menatap langit. Sesekali ada bintang jatuh yang memuaskan matanya sesaat, tapi matanya tetap tertuju ke arah benda langit yang paling benderang, yakni Zohrah di ufuk timur. Dia memandang lama Sang Zohrah, dan berusaha memahami bahasa langit.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELEPAS KOLEKSIAN, MELEPAS KENANGAN (BAGIAN 1)