TAPAK BERDERAP (11)

FAJAR dan senja datang silih berganti, Sang Kembara pun tetap menjejaki jalanan terbentang di depan. Menapaki tanah lembab dengan derap langkah kaki yang menginjak bayangan sendiri menuju arah mentari terbenam. Ya, saat ini bayangan tubuhnya memang agak condong ke muka. Peluh pun tak banyak membasahi kemeja, bahkan topi rimba tetap bertengger di kepalanya.

Perjalanan hari ini memang terasa ringan, seringan suasana hati Sang Kembara saat ini. Sebentar lagi Sang Surya tergelincir di ufuk barat dan malam berbintang bakal tersenyum kepadanya, seperti hari-hari ke belakang.

Sang Kembara sangat merindu kerlip gemintang, hiasan angkasa biru kelam. Walau bintang paling bersinar itu tak tergapai, ia sangat memahami bahasa langit. Kerlap cahaya di atas sana yang berjarak tak berbilang itu seakan menemani istirahat malam Sang Kembara. Bahkan, Sang Jelita Malam terbawa dalam mimpinya. Dia bercengkerama mesra dengan Zohrah, Dewi Venus, mengusir penat sejak fajar hingga senja tadi. Dan sebelum berpisah lagi, Sang Kembara dan Venus merancang pertemuan berikutnya. Keduanya menjalin janji, menaut hati. Ah, indahnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELEPAS KOLEKSIAN, MELEPAS KENANGAN (BAGIAN 1)