TAPAK BERDERAP (13)
HAMPIR tanpa sadar amplop lembut mewangi itu kembali diraih Sang Kembara. Secara perlahan penuh kehati-hatian ia membuka amplop warna biru dan membaca tulisan itu, tulisan bertinta biru berbait tujuh. Debar hati Kembara masihlah sama saat pertama kali membaca. Bait pertama dan ketujuh paling berkesan.
...
Api itu ternyata belum padam,
terlihat jelas di garisan matamu ketika kita
tidak sengaja bertukar pandang,
caramu menatapku menggambarkan
dengan jelas bahwa tapakanku masih ada di sana
...
Aku di sini masih menatap tajam pada gambaran angan
yang tak berhenti dikejar waktu
dalam waktuku yang tersisa ini, mengharapkan harummu
masih di sisi,
....
Seusai melipat kembali amplop itu, Sang Kembara hanya melanggut menepis galau gulana.
HAMPIR tanpa sadar amplop lembut mewangi itu kembali diraih Sang Kembara. Secara perlahan penuh kehati-hatian ia membuka amplop warna biru dan membaca tulisan itu, tulisan bertinta biru berbait tujuh. Debar hati Kembara masihlah sama saat pertama kali membaca. Bait pertama dan ketujuh paling berkesan.
...
Api itu ternyata belum padam,
terlihat jelas di garisan matamu ketika kita
tidak sengaja bertukar pandang,
caramu menatapku menggambarkan
dengan jelas bahwa tapakanku masih ada di sana
...
Aku di sini masih menatap tajam pada gambaran angan
yang tak berhenti dikejar waktu
dalam waktuku yang tersisa ini, mengharapkan harummu
masih di sisi,
....
Seusai melipat kembali amplop itu, Sang Kembara hanya melanggut menepis galau gulana.
Komentar
Posting Komentar