TAPAK BERDERAP (26)

NUN di atas, kepak Garuda itu membayangi tanah basah setapak ini. Bayangan Baginda Dilangit itu seolah mengiringi langkah Kembara kali ini. Kendati tak terusik Sang Kembara menatap langit terang, hendak meminta turun Paduka Angkasa untuk bertukar kisah sejenak. Mungkin ada cerita menarik di dataran tinggi maupun angkasa yang tak terjangkau seorang kelana.

Hendak pula ditanyakan kepada Garuda, gerangan kisah masa lampau seorang putri yang terantai di Negeri Angkasa sana. Di mana belenggu masa lalu yang tak kunjung terlepas meski badai hebat sekalipun telah mendera. Kukuh mencengkeram, seakan tak terusik.

Pemilik kuat kepak bulu-bulu putih itu kemudian melayang turun dengan anggun, tapi tanpa menanggalkan kewibawaan. Baginda Dilangit itu pun hinggap di atas pohon tepi telaga di rimba sunyi ini.

"Wahai kisanak. Benak kisanak telah kuduga. Dan kisah sang putri itu benar adanya."
"Oh, Baginda Dilangit, benarkah itu?"
"Benar, kisanak."
"Kalau begitu, ceritakanlah wahai Raja Burung."

Paduka Angkasa itu tak serta merta menjawab. Beliau malah mengepakkan sayap, jubah kebanggaannya. Dengan paruh sedikit mengangkat, Sang Garuda memekikkan lengkingan parau.

Sejenak Sang Kembara diam tak mengerti, terlebih lengkingan itu sangat menyayat kalbu.

Sebelum Kembara bertanya lebih lanjut, Sang Garuda mendahuluinya.

"Kisanak, pertanyaanmu itu mudah dijawab. Memang benar ada sang putri yang terantai. Dan kisanak sudah tahu siapa gerangan putri itu adanya. Idaman hati yang hendak kisanak cari dalam perjalanan sekarang. Salah pula bila kisanak mengira sang pujaan itu berada di ujung senja di balik bukit perak yang hendak diraih. Dia tak jauh berada, dekat malah. Di dalam relung jiwa terdalammu. Maka raihlah, tak usah ragu lagi."

Sang Kembara pun hanya terlongong, sedikit banyak dia mengiyakan. Selagi Kembara dilanda takjub, Baginda Dilangit tiba-tiba menghilang. Hanya terdengar bunyi kepak di atas sana, dan bayangan hitam di tanah basah ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELEPAS KOLEKSIAN, MELEPAS KENANGAN (BAGIAN 1)