TAPAK BERDERAP (30)

JEJAK malam hampir tak berbekas, terkalahkan cerah pagi saat Kembara menyandarkan punggung di batang nyiur. Tercium segera aroma laut dan pantai bercampur hangat sinaran cuaca mula hari.

Sungguh pagi nan hangat, tapi sekaligus pagi yang menerbitkan kantuk Sang Kembara. Dan sebelum terpejam betul, sepasang matanya menatap kemilau mutiara pagi di sela-sela dedaunan bakau tak jauh di sana, rawa laut itu.

Gerombolan punai dan burung layang-layang tampak bercengkerama sembari mencari santapan pagi. Dia pun tersenyum tipis, hampir tak terlihat. Dendang alam pun meninabobokannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELEPAS KOLEKSIAN, MELEPAS KENANGAN (BAGIAN 1)