TAPAK BERDERAP (36)

SEMBURAT kilau rembulan memantul malu-malu di tengah telaga. Pantulan seberkas cahaya yang tak menyilaukan Sang Kembara. Walau pantulan kilau itu berbeda dengan cermin bayang yang berujung sesat belaka. Dan cermin telaga bening ini jelas tak sebanding cermin buram bayang, buram masa lampau lantaran cermin telaga Kembara adalah kerinduan teramat dalam. Kerinduan yang mungkin sulit dimengerti siapa pun.

Dan jejak langkah Sang Kembara memang teramat panjang. Janganlah kiranya menebak dan menghentikan langkahnya. Dengarkan saja tapak yang berderap, berderap ke satu tujuan hakiki nan mulia. Dengan berkarib kesunyian alam, keheningan malam, dan kebeningan telaga kerinduan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELEPAS KOLEKSIAN, MELEPAS KENANGAN (BAGIAN 1)