TAPAK BERDERAP (37) *

KEMARAU menghampiri telaga itu. Sang Kembara pun berhenti sejenak setelah sekian lama melangkah melintasi hari-hari, gelap maupun terang, dalam pemahaman makna semu dan nyata. Kering pada musim ini memang tak terkira. Dan hanyalah keteduhan tepian telaga yang bisa sedikit membasuh keletihan jiwa Kembara, kendati keletihan itu sendiri sulit diingkari. Letih ini memang tetap ada, walau tak terasakan lantaran adanya pemahaman arti kehidupan.

Letih di musim ini juga tak menggoyahkan langkah Sang Kembara. Lintasan panjang masih terbentang, menanti ditelusuri dan dikaribkan. Dan adakah penantian yang tersisa padamu?

* setelah mendengar lantunan Kembara Lintas Panjang (Ebiet G. Ade)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELEPAS KOLEKSIAN, MELEPAS KENANGAN (BAGIAN 1)