Botol Anggur dan Buih-Buih Puisi
TAK ada seorang penyair Wales yang begitu banyak menggugah para penyanyi Inggris, selain Dylan Marlais Thomas. Dia dilahirkan di kota kecil, Swansea, sebelah selatan Wales, Inggris, 27 Oktober 1914 . Ayahnya bernama D.J. Thomas, guru senior Bahasa Inggris di Swansea. Sedangkan ibunya adalah penjahit. Sejak berusia sebelas tahun, Dylan sudah mulai menulis puisi. Sejumlah puisi biasanya dipamerkan ke sejumlah bocah sebayanya ketika berlibur di pertanian milik bibinya. Liburan itulah yang menginsipirasi Dylan menulis sebuah puisi terkenalnya, Bukit Pakis .
Ada kebiasaan buruk yang menghinggapi Dylan sejak berumur 15 tahun. Meski masih tergolong remaja, Dylan mulai doyan mencicipi "air api". Tak jarang pula, ia mengajak sejumlah rekan sebayanya mabuk-mabukan di sebuah bar di Kota Swansea. Sayangnya, untuk memenuhi kebiasaan buruknya itu, Dylan masih kerap meminta uang dari keluarga atau teman-temannya.
Ketika menginjak usia ke-17, ...
Postingan
Menampilkan postingan dari Agustus, 2003
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
BANGSA KASIHAN
KASIHAN bangsa yang mengenakan pakaian
yang tidak ditenunnya,
memakan roti dari gandum
yang tidak ia panen,
dan meminum susu
yang ia tidak memerasnya.
Kasihan bangsa yang menjadikan
orang dungu sebagai pahlawan,
dan menganggap penindasan penjajah
sebagai hadiah.
Kasihan bangsa yang meremehkan nafsu
dalam mimpi-mimpinya ketika tidur,
sementara menyerah padanya ketika bangun.
Kasihan bangsa yang tidak pernah angkat suara
kecuali jika sedang berjalan di atas kuburan,
tidak sesumbar
kecuali di reruntuhan,
dan tidak memberontak
kecuali ketika lehernya sudah
berada di antara pedang dan landasan.
Kasihan bangsa yang negarawannya serigala,
filosofnya gentong nasi, dan senimannya tukang
tambal dan tukang tiru.
Kasihan bangsa yang menyambut penguasa barunya
dengan terompet kehormatan namun
melepasnya dengan cacian, hanya
untuk menyambut penguasa baru lain dengan
terompet lagi.
Kasihan bangsa yang orang sucinya dungu
menghitung tahun-tah...
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
DUNIA LIMA PULUH DELAPAN TAHUN YANG LEWAT
(Refleksi Dirgahayu Republik Indonesia)
BESOK, sebagian besar rakyat sepenjuru Tanah Air maupun yang berdiam di luar negeri merayakan Independence Day atau hari ulang tahun ke-58 kemerdekaan Republik Indonesia. Sesuai tradisi, perayaan kemerdekaan atau lebih dikenal dengan 17-an itu lebih menonjolkan apel atau upacara bendera. Baik di Istana Merdeka, Jakarta, ataupun sejumlah kelurahan di pelosok Tanah Air. Hari kemerdekaan juga ditandai dengan pemasangan bendera dan umbul-umbul di berbagai sudut, baik di perkampungan maupun jalan protokol di perkotaan. Sedangkan seremonial upacara bendera kerap kali dipenuhi petatah-petitih akan makna kemerdekaan atau mengingat semangat juang Angkatan 1945. Upacara berakhir, pesta maupun lomba pun dimulai. Begitulah tradisi peringatan 17 Agustus 1945 yang berlangsung setiap tahun.
Tunggu dulu! Apakah cukup sampai di situ? Kalau boleh berandai-andai, Republik Indonesia mungkin tak ada bila saja Adolf...
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
PETUALANG KESUNYIAN
Tatkala...
Kesunyian menyinggahi dan merambat jiwa
Ku menoleh, menyapa, dan mengaribkannya
Ada lorong gulita melambai
Ada pula terowongan benderang meredup
Simpangan itu menoreh jiwa, menerbitkan angan, serta menggelegakkan hasratku
Walau meletup sekalipun, nuraniku membisik akan keselarasan hakiki
Hingga melabuhkan kesejatian diri, tanpa berselubung cadar kepalsuan menjebak
Bukan. Ku bukan penghayat ataupun filsuf
Melainkan petualang kesunyian
Insan yang berupaya menapaki kehidupan apa adanya, seperti suara alam
***
Menggapai puncak prestasi dan ternama, semua orang mungkin sama, sama-sama menyukainya
Tapi, apakah mereka juga sama?
Sama-sama menyukai jalan terjal berbatu dan tebing curam yang harus dipanjat untuk sampai ke puncaknya
***
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
SEBEL... SEBEL...
BELAKANGAN ini, cuap-cuap diobral di berbagai media massa, cetak maupun elektronik. Secara tersurat atau tersirat, kelompok-kelompok kekuatan politik berlomba saling menjatuhkan grup yang dianggap tak sepaham. Terlebih, beberapa bulan mendatang, Indonesia bakal menghadapi Pemilu 2004. Pertarungan politik yang notabene membutuhkan energi lumayan besar. Sayangnya, semua kelompok itu menganggap mereka-lah yang paling menentukan nasib bangsa mendatang.
Apapun bisa menjadi kancah pertarungan. Soal terorisme, misalnya. Semua seperti kebakaran jenggot menghadapi rentetan pengeboman yang seakan tak kunjung padam di Tanah Air. Silang pendapat pun bermunculan di semua media massa. Tak aneh, soalnya banyak kelompok kepentingan di Indonesia yang saling beradu kekuatan baik terbuka maupun terselubung. Entah itu namanya neo-Orba ataupun neo-Orla, belum lagi bayang-bayang kekuatan militer. Termasuk, tentunya, anasir-anasir asing yang menimbulkan pertanyaan besar. Apakah Indon...
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
BUM... SEPULUH NYAWA PUN MELAYANG
Bum... Suara yang disertai getaran kuat terasa di seluruh perkantoran kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (5/8) sekitar pukul 12.30 WIB. Lokasi peledakan bom tepat di depan Hotel JW Marriott, Mega Kuningan. Kaca-kaca berhamburan dan asap hitam tampak mengepul. Bersamaan dengan itu, puluhan pekerja berkemeja necis berhamburan keluar dari Plaza Mutiara. Maklum, setiap siang hari, banyak karyawan yang sarapan di sejumlah restoran di hotel berbintang lima itu dan Plaza Mutiara. Setelah kepekatan asap mulai berkurang, terdengar jerit dan erangan dari puluhan orang yang mengalami luka bakar atau terkena pecahan kaca.
Beberapa menit kemudian, sejumlah polisi dan petugas pemadam kebakaran datang ke lokasi. Begitu pula beberapa wartawan media cetak maupun elektronik. Namun, para jurnalis itu tak boleh mendekat. Walau demikian, mereka mencatat paling tidak nyawa sepuluh orang yang seorang di antaranya berkewarganegaraan asing melayang. Tak cuma itu,...