Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2003
WANITA BLONDIE DI MATA FUHRER WANITA berambut pirang dan bermata biru bukan saja cantik, tapi juga sensual. Bila tak percaya, tanyakan saja kepada Adolf Hitler. Namun, Kanselir Jerman merangkap pimpinan tertinggi Partai Nazi (National Sosialist) itu sudah lama mati. Pria berkumis bak Charlie Caplin ini ditemukan tewas bunuh diri bersama kekasih tercintanya, Eva Braun, di sebuah bunker di Kota Berlin, 30 April 1945. Menurut penuturan Gertraud Weisker--kemenakan Eva Braun--dalam buku bertajuk "Eva's Cousin" karya Sibylle Knauss, Hitler dan Eva menikah dalam bunker bawah tanah semasa kekuasaan "Der Fuhrer" menjelang senja. Tragisnya, beberapa jam kemudian, sepasang kekasih yang masih terhitung sepupu itu bunuh diri! Hitler memang sangat memuja perempuan berambut blondie dan berhidung mancung yang kebetulan memang tipikal gadis bangsa Arya. Ini juga sejalan dengan "kebijakan" penguasa tertinggi Jerman tersebut yang ingin "memurnikan" ras
KETIKA FILSUF BERSENDA GURAU (Pengantar Tulisan "Tirani Kremlin") BAHAYA laten komunis memang mengendap sementara, menyusul keruntuhan negara Uni Sovyet di penghujung Milenium III. Kini, dunia menghadapi ancaman lain, seperti neo-totaliter, neo-fasis, hingga neo-imperialisme yang digusung sejumlah negara. Wacana itu pun sempat menggelayuti benakku. Ternyata, seorang karib saya, Hafis, juga "sibuk" memikirkan hal tersebut. Dari diskusi kecil hingga debat "melelahkan" sempat menyita berbagai kesempatan di antara kami. Sejumlah teori dan doktrin beserta segi filsafatnya meluncur lancar dari kedua mulut kami. Walau demikian, kami tak mencoba mempengaruhi satu sama lainnya. Begitulah memang perdebatan yang sehat. Pada suatu kesempatan, saya menyergah suatu argumentasi yang dicetuskan Hafis: "Fis, tahu enggak? Karl Marx sekalipun tak menyangka buah pemikiran bersama Frederick Engels [`Das Capital` yang diterbitkan tahun 1867] dapat mem
TANAH RENCONG YANG MASIH BERGOLAK MENGUCAPKAN kata Aceh selintas pikiranku menerawang. Ku teringat ketika pertama kali membuka lembaran demi lembaran sejarah gemilang dari daerah yang dijuluki Serambi Mekah ini. Seluruhnya mengisahkan perjuangan para tokoh asal Tanah Rencong. Dari zaman Samudra Pasai hingga kepahlawanan para hulubalang Kasultanan Aceh pada abad XVIII hingga XIX. Sebut saja Panglima Polim hingga pasangan suami istri nan gagah berani, Teuku Umar dan Cut Nyak Dien. Bahkan, Kerajaan Samudra Pasai sempat menjadi pusat perdagangan dan pelayaran di Asia Tenggara, pascakejatuhan Kerajaan Malaka ke tangan Portugis sekitar abad XVI. Satu abad kemudian, Samudra Pasai pun berani menentang kekuatan Armada VII Amerika Serikat yang hendak menguasai pelayaran di Selat Malaka. Kemashyuran Aceh tak berhenti di situ. Orang-orang Aceh juga berani menentang Kerajaan Belanda yang hendak melebarkan wilayah penjajahan di Nusantara. Perlawanan rakyat Aceh menentang ambisi kolonial Be
BAK MENGGORES PENA DI AIR SASTRAWAN dan pena adalah sesuatu yang menyatu. Sedangkan tulisan adalah perpaduan antara proses kreatif dan pengejawantahan diri sastrawan. Itu semua bergulir tanpa halangan ruang dan waktu. Akan tetapi, tatkala "tuntutan" pena tak seiring lagi dengan sastrawan, bahayalah seluruh dunia. Pena pun menggoreskan tinta tanpa mau menunggu "perintah sejati" si penulis. Tak aneh, bila karya-karya semu banyak mendominasi. Hasil goretan alat tulis tersebut menjelma menjadi suatu "monster" tanpa bentuk. Sang sastrawan mungkin tak mempedulikan itu semua, terpenting adalah menggores dan menggores. Daya cipta kalah oleh tuntutan zaman, bak menggores pena di permukaan air.(Celoteh Senja Hari)
TATKALA KALBU MESTI MEMBULAT NOBODY`S perfect atau manusia tiada sempurna. Begitulah slogan yang mencoba menyelami gelayut jiwa insani dalam mengarungi suatu proses kehidupan. Tak jarang, perjalanan itu mendaki keterjalan tebing "cobaan" atau menuruni lembah "godaan". Terkadang malah silih berganti. Namun, roda kehidupan tetap berputar. Sementara batas cakrawala tampak membayang jelas di pelupuk mata. Kehidupan memang begitu adanya. Gemuruh jiwa zaman dapat pula menciptakan kegalauan jiwa manusia. Banyak jiwa merasa terasing dalam mengarungi perjalanan hidup. Tak sedikit pula yang merintih. Kegalauan serta-merta membelit kalbu, yang menjadi perpaduan perasaan dan akal pikiran. Akan tetapi, hendaklah manusia bersandar kepada kesejatian diri dan Ruh Illahi. Menggurui memang! Namun, kebulatan pikiran, tindakan, dan ucapan memang dibutuhkan sekarang ini. Keberanian pun terkesan percuma bila tak dilandasi suatu upaya memaknai kehidupan. Antara harapan dan keny
PERJUANGAN Penyair Rendra mengatakan: "Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata". Itu boleh berarti perjuangan dalam arti luas. Sedangkan dalam makna lebih khusus, menurut sejumlah sejarawan, perjuangan melawan kekuasaan adalah perjuangan ingatan melawan lupa. Jadi, siapa pun dapat lupa. Lupa akan hakiki atau kesejatian diri dalam mengarungi dunia. Banyak insan yang juga membutakan mata hati dan hanya mengejar tujuan belaka yang semu. Mereka juga lupa bahwa perjuangan itu adalah suatu proses. Dan kebahagiaan dapat digapai bila kita menghayati atau menikmati sebuah perjalanan hidup.
ANJING-ANJING MEMPEREBUTKAN BANGKAI BELAKA SEPULUH hari ke depan, Tentara Pendudukan Amerika Serikat bakal mengumumkan pemerintahan transisi "Negara Boneka" di Irak. Kabar ini seolah menghapus jejak-jejak bombardiran ribuan rudal dan bom pasukan koalisi pimpinan Negeri Adikuasa tersebut. Sang Pemenang perang memang kerap berbuat semaunya. Tapi, Gedung Putih seolah melupakan bahwa nasib suatu bangsa mutlak ditentukan oleh rakyat bangsa itu sendiri. Pendudukan ataukah imprealisme gaya baru? Pertanyaan ini layak dilayangkan kepada pemerintahan George Walker Bush. Akan tetapi, rasanya sulit mengingat "Cowboy Texas" yang seorang ini hanya memikirkan kepentingan bisnis belaka. Atau minyak tepatnya. Niat membebaskan rakyat Irak dari keditaktoran Saddam Hussein hanyalah kedok belaka. Rencana mendirikan pemerintahan transisi tanpa campur tangan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga adalah nol besar. Presiden Bush mungkin pura-pura tak tahu mengenai kemashyuran para penda
ODE BUAT BAGHDAD PETAKA bersemayam kembali di Baghdad........ Ratusan tahun lampau setelah Hulagu Khan membumihanguskan negeri lembah Sungai Eufrat dan Tigris. Sang pembawa petaka bukanlah balatentara berkuda Mongol, melainkan "burung besi" dan "kuda baja" yang dikendarai serdadu seberang benua. Bom-bom "haus darah" seakan berlomba menemui sasaran. Dan tak penting lagi apa yang diterjang. Kematian ada di mana-mana........... Seiring jerit penduduk yang dihinggapi rasa takut. Bangunan kokoh menjadi puing belaka. Api dan asap mengepul seantero kota. Segenap penguasa negeri justru bersembunyi, entah takut atau menunggu sang musuh datang. Tak peduli, mungkin. Di persembunyian, mereka justru mengeringkan kerongkongan 'tuk mengobarkan perang. Korban terus berjatuhan, rumah sakit tak mampu lagi menampung. Dua pekan sudah petaka itu terjadi. Burung-burung tak jelas rimbanya mengicaukan suatu berita. Sang Raja telah mangkat oleh &q
BAGHDAD JATUH, SADDAM ENTAH DI MANA KEMARIN, Rabu (9/4) atau pekan ketiga invasi pasukan gabungan pimpinan AS ke Irak, Kota Baghdad jatuh. Saddam menghilang seiring dengan tumbangnya patungnya di pusat kota. Begitulah............
NYAWA PELIPUT "NAKAL" ITU MELAYANG PERTEMPURAN sengit pecah di seantero Baghdad. Sejak Senin hingga Selasa silam, rentetan tembakan dan suara ledakan silih berganti menggetarkan Ibu Kota. Abu mesiu, kilatan rudal, dan asap sisa ledakan menyelimuti angkasa Ibu Kota Negeri 1001 Malam itu. Nyawa tak ada artinya. Baik pasukan Amerika Serikat maupun serdadu Irak berlomba-lomba mencerabut tarikan napas terakhir musuh masing-masing. Mereka saling tembak, saling gempur, saling serbu tanpa mempedulikan ribuan korban warga sipil yang tewas. Kedua pasukan yang sama-sama berlindung di balik topi bajanya itu memang sudah tak peduli. Terpenting adalah merebut kemenangan dengan strategi atau pun taktik jitu. Kecamuk perang tersebut boleh dibilang paling menarik di Milineum ini. Betapa tidak, peralatan tempur didukung teknologi nan canggih menghadapi semangat tempur yang tinggi. Pertarungan yang di atas kertas bakal dimenangkan pasukan koalisi itu juga menarik perhatian para peliput p
George Walker Bush Diculik ARLINGTON AVENUE--sebuah jalan di Washington D.C., Amerika Serikat--tak seperti biasanya, macet! Aku yang kala itu terjebak di dalamnya sempat mengumpat: "Ternyata di Amrik juga ada macet." Tak lama ada bule ngetuk kaca mobil yang kukendarai, kubuka kaca sambil nanya pake Bahasa Inggris-Sunda.... "Ada apa, kok macet?" "Presiden Bush diculik teroris..! Terorisnya minta tebusan US$ 1 miliar, jika tidak, Presiden Bush mau disiram bensin terus dibakar!" "Lantas, tugas Anda?" Tanyaku. "Tugas saya adalah mengumpulkan sumbangan dari tiap mobil yang lewat...." "Berapa saya harus menyumbang?" Kataku yang bingung dengan jumlah sumbangan yang harus kuberikan. "Terserah, seikhlasnya, but the others ada yang ngasih lima liter, tujuh liter, bahkan 10 liter bensin...." (www.ketawa.com)