Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2004
LOVE SICK by Bob Dylan I'm walkin' through streets that are dead Walkin', walkin' with you in my head My feet are so tired My brain is so wired And the clouds are weepin'.   Did I hear someone tell a lie? Did I hear someone's distant cry? I spoke like a child You destroyed me with a smile While I was sleepin' .   I'm sick of love that I'm in the thick of it This kind of love, I'm so sick of it . I see, I see lovers in the meadow I see, I see silhouettes in the window I'll watch them 'til they're gone And they leave me hangin' on To a shadow. I'm sick of love, I hear the clock tick This kind of love, ah, I'm love sick. Sometimes the silence can be like thunder Sometimes I wanna take to the road and plunder Could you ever be trueI think of you And I wonder. I'm sick of love, I wish I'd never met you I'm sick of love, I'm tryin' to forget
KEPADA WANITA (Bagian Kedua)   Berat napasmu mengiringi langkah hidupku canda kecilmu menerbitkan hasratku membelah kesunyian jiwa mengombak dahaga dahaga mengangkasa sirna   Turun menghujan impian membanjiri asa menggelegak dan meletup
KEPADA WANITA   Kepada wanita yang mampu memacu denyut nadiku menderaskan aliran darahku menjungkirbalikkan logikaku, tapi menenggelamkan hasratku   Kepada wanita, di mana sejuta untaian kata indah menari sejuta lirik merdu mengalun sejuta rasa madu mengendap dan, jutaan kenikmatan menggoda   Namun, kesunyian hati tak padam menguap kegelisahan makin melaksa benak Semua itu menancap sembilu Jerit hatiku memberontak kepada wanita itu...
"BAU BUSUK" MENEBAR SEANTERO NEGERI BAU busuk di mana saja tetaplah menyengat hidung. Dari bau kentut hingga bangkai sama saja, semuanya polusi hidung. Ngomong-ngomong soal bau busuk tersebut jadi teringat peristiwa bersejarah di negeri ini yang baru lewat lima hari. Tepatnya, pemilihan umum presiden secara langsung yang pertama dalam perpolitikan di Bumi Pertiwi. Ada adigium yang mengatakan "Suara Rakyat" adalah "Suara Tuhan". Uhm... Jadi bolehlah disebut, suara lebih dari 100 juta pemilih--jumlah ini bagian dari sekitar 155 juta rakyat Indonesia yang mempunyai hal pilih--mewakili kehendak Sang Maha Kuasa. Akan tetapi, benarkah begitu? Padahal, aroma kecurangan rekap surat suara maupun manipulasi data penghitungan menyeruak bersamaan atau sesudah pemilu eksekutif, 5 Juli silam. Ada kabar yang mengatakan, sejumlah tim sukses mengarahkan pemilih mencoblos pasangan calon presiden-calon wakil presiden tertentu dengan berupa "serangan fajar&
BEDA PEMIMPIN CULAS DAN PEMIMPIN JUJUR SEORANG pemimpin culas hanyalah memikirkan perut atau pundi-pundinya sendiri. Biarpun ada yang dibaginya, hanyalah buat mengeringkan air liur para "anjing-anjingnya". Seakan tak peduli lagi akhlak dan moral. Padahal, Sang Maha Kuasa melihat itu semua. Lain hal dengan pemimpin jujur. Dia senantiasa memikirkan, apakah yang dipimpinnya kelaparan atau tidak? Kalau perlu, ia yang paling belakang mendapat jatah makanan atau minuman. Ia pun tak peduli harta kekayaannya semakin menipis demi mensejahterakan bawahannya. Dalam situasi inilah keadilan bisa ditegakkan. Sosok pemimpin model begini juga tak memerlukan pujian melainkan hanya mendamba balasan dari Sang Maha Pengampun. Bagaimana dengan calon pemimpin? Sama saja! Cepat atau lambat, calon pemimpin yang bersimbah "kotoran" dalam mencapai maksud tujuannya bakal mendapat petaka baik di dunia maupun akhir zaman. Keculasan pun senantiasa menyertai segala kebijakannya. Namu
DIJAMIN [TIDAK] LUNTUR HARI ini sekitar 155 juta warga Indonesia mencoblos di tempat pemungutan suara. Pemilihan langsung presiden tersebut adalah bersejarah lantaran yang pertama kali setelah hampir 59 tahun republik tercinta ini merdeka. Kelima pasangan capres-cawapres juga turut mencoblos di TPS masing-masing. Siapakah yang bakal menduduki kursi RI-1 dan RI2? Tak mudah menjawabnya meski pasangan Wiranto-Gus Solah, Megawati-Muzadi, dan Amien-Siswono mungkin bakal menang. Komisi Pemilihan Umum sendiri mengklaim membutuhkan waktu sekitar sebelas hari untuk menghitung keseluruhan suara. Namun di saat rakyat Indonesia tengah melangsungkan pesta demokrasi, Situs Berita Detik melansir sebuah berita yang mengejutkan. Bayangkan, tinta hitam untuk menandai pemilih yang sudah mencoblos, ternyata gampang luntur. Kejadian ini terjadi di sejumlah TPS di Jakarta dan Tangerang, Banten, serta di beberapa wilayah Indonesia timur. Kenyataan ini jelas mengejutkan pihak Panitia Pengawas Pemilu. K
GAK ADA INSPIRASI NEH