Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2003
RIMBA DAN JEJAK-JEJAK BOOTKU TAK terasa sepatu bootku kembali menjejak jalan setapak nan mendaki pada punggungan curam sebuah gunung sebelah selatan Ibu Kota. Kala itu, sinar mentari hangat menerobos sela-sela kerimbunan pohon di hutan yang setiap hari pasti diguyur air dari langit. Sudah empat jam, sepatu bootku menapak atau melompati batu kecil dan besar. Sejenak pikiranku melayang ke sudut ruangan tempat diriku berlomba dengan waktu yang terkadang terasa cepat. Hmm... Lain benar dengan di sini. Di ruang terbuka ini meski waktu berputar lamban, aku bebas merangsek, menyamping, melompat, atau bahkan berlari terengah-engah. Kebetulan memang, tadi sebuah suara auman seekor macan kumbang memeranjatkan dan membelah kesunyian jiwaku. Beragam tantangan alam itu memang biasa kulakoni semenjak tahu arti bertahan hidup, berjuang, serta mengerti batas kemampuan diri. Dan, bootku yang Made in England ini menyusuri lagi jalan setapak yang kebetulan memang sepi. Terutama dari orang yang ta
SISKAMLING ATAU MOBILISASI TERSELUBUNG Sepucuk edaran dua helai kertas folio mampir ke kediamanku. Edaran yang tergeletak di lantai serambi rumah itu, ternyata dari ketua RT di lingkunganku di suatu kompleks, bilangan Pasarminggu, Jakarta Selatan. Surat ketikan semacam ini memang umum di Indonesia, yang masih menerapkan: 1 X 24 jam Tamu Wajib Lapor ke Ketua RT/RW Setempat. Lucunya, surat itu berisi imbauan untuk ronda malam atau sistem keamanan lingkungan masing-masing (Siskamling). Lebih geli lagi, edaran itu langsung menyertakan daftar piket kelompok ronda. Ada tujuh kelompok, masing-masing enam anggota. Setiap kelompok dalam seminggu kebagian jatah stu hari ronda dari pukul 22.00-04.00 WIB. Wuih, gile bener! Apalagi, Si RT yang memang tak dipilih melalui pemilihan secara terbuka itu jelas-jelas tidak meminta kesepakatan warga terlebih dahulu. Bla... Bla... Bla.. Begitulah pembuka surat edaran itu seperti biasa. Kalimat selanjutnya lebih menggelikan. Lebih kurangnya begini: B