Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2006
TAPAK BERDERAP (26) NUN di atas, kepak Garuda itu membayangi tanah basah setapak ini. Bayangan Baginda Dilangit itu seolah mengiringi langkah Kembara kali ini. Kendati tak terusik Sang Kembara menatap langit terang, hendak meminta turun Paduka Angkasa untuk bertukar kisah sejenak. Mungkin ada cerita menarik di dataran tinggi maupun angkasa yang tak terjangkau seorang kelana. Hendak pula ditanyakan kepada Garuda, gerangan kisah masa lampau seorang putri yang terantai di Negeri Angkasa sana. Di mana belenggu masa lalu yang tak kunjung terlepas meski badai hebat sekalipun telah mendera. Kukuh mencengkeram, seakan tak terusik. Pemilik kuat kepak bulu-bulu putih itu kemudian melayang turun dengan anggun, tapi tanpa menanggalkan kewibawaan. Baginda Dilangit itu pun hinggap di atas pohon tepi telaga di rimba sunyi ini. "Wahai kisanak. Benak kisanak telah kuduga. Dan kisah sang putri itu benar adanya." "Oh, Baginda Dilangit, benarkah itu?" "Benar, kisanak." "
BALADA SEORANG KELANA KEHENINGAN alam... Di tengah rimba sunyi Ku berjalan seorang diri 'sbagai seorang kelana Kudambakan jiwaku Padamu oh Tuhanku... Ku berdoa sepenuh hati 'smoga tercapai tujuanku * Kuberjuang penuh tekad Demi Nusa dan Bangsa Dingin, hening, dan sepi... Di daun angin berbisik Hai kelana tabahkan hatimu Tuhan s'lalu besertamu... (Iwan A. Rachman/1964) KELANA SESEJUK bayu, semilir berhembus lembut alunan melodimu berlagu bertebar menyusuri kedamaian yang rawan membuai buana, lewat nada-nada cinta... oh... Semerbak harum, bunga mewangi dalam hamparan kesenduan lagumu terpukau daun perdu seakan menghayati gelora asmara, yang membara dalam hatimu... Jauh dari ujung sana di antara bukit-bukit gersang engkau datang dalam harapan bahagia jalan panjang yang berkelok dan kemelutnya sebuah hati membawamu terhempas dalam sepi Semerbak harum, bunga mewangi dalam hamparan kesenduan lagumu terpukau daun perdu seakan menghayati gelora asmara, yang membara dalam hatimu...