Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2004
GEMURUH "SABUNG WAYANG" DI NEGERIKU GEMURUH. Begitulah boleh disebut serunya suatu pertarungan judi sabung ayam. Betapa tidak, gemuruh sorak-sorai para penonton dan petaruh tampak kentara. Belum lagi gemuruh kibasan dari ayam-ayam petarung. Gemerincing uang logam pun terdengar seiring simbah darah dari ekor-ekor yang tengah berduel tersebut. Ada terjago, ada pula pecundang. Begitulah, sahabat... Satu kisah sabung ayam di suatu waktu dan sebuah tempat. Suasana itu mungkin menjelma dalam kampanye para kandidat RI-1 dan RI-2 belum lama ini. Disambung kemudian, pemilihan presiden 5 Juli mendatang yang diprediksi sejumlah intelektual tukang butuh dua putaran. Kelima pasangan calon semuanya berebut untuk berkuasa di negeri yang carut-marut ini. Aneh memang, tapi itulah bangsaku yang kata seorang tokoh kerap dipengaruhi "3 Ta": harTA, TAhta, dan waniTA. Dan, tak ada musuh abadi melainkan kepentingan belaka. Tak cuma itu, beberapa kekuatan besar--asing maupun loka
CATATAN BISU SANG BROMOCORAH BADAN kekar itu akhirnya terjerembab ke tanah menyusul suatu tikaman mematikan dari belatiku. Darah segar pun mengucur deras dari lubang tikaman di lebar lehernya. Lelaki penuh tato ini sebentar mengerang sebelum tubuhnya bergetar hebat. El Maut akhirnya benar-benar menjemput ajalnya. Cuh . Ludahku menghujam dada berceceran darah tersebut. Baru saja hendak meninggalkan bekas arena pertarungan, sepasang mataku melihat sesuatu menyembul dari kantong celana jin kumalnya. Terlihat lipatan kertas. Sepotong kertas ini dilipat-lipat berbentuk bujur sangkar. Perlahanku membuka lipatan demi lipatan hingga terbeber suatu tulisan panjang berhuruf sambung yang cukup rapi. Sepintas, goresan tinta hitam yang mungkin dari pulpen murahan itu memang tanpa makna. Tanganku hendak meremas kertas tersebut, tapi tulisan yang pertama jelas memancing tanyaku. Si Bajingan Tua--begitulah aku menyebut Roy, lawanku tadi--ternyata penulis lumayan cakap. Begini tulisan lemb