Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2007
MATAHARI PERTAMA 2008 SEGERA TERBIT KAWAN Kawan, beberapa jam lalu matahari terakhir di penghujung tahun 2007 telah terbenam. Dan beberapa jam lagi, bila Allah mengizinkan, kita menyongsong terbit matahari pertama di awal tahun 2008. Lembaran baru pun segera dimulai. Hilangkan purbasangka tak berguna, sebab hanyalah jabat erat yang selalu berarti.
JANGAN MENANGIS PAKISTAN Rawalpindi: Kamis petang tragedi menghampiri sebuah taman di Rawalpindi, Pakistan. Tragis, teramat tragis. Pemimpin kharismatik negeri itu tewas di depan banyak pendukungnya saat berkampanye. Benazir Bhutto pun menemui ajal, menyusul sang ayah Zulfikar Ali Bhutto yang tewas di tiang gantungan 28 tahun silam. "Saya melihat seorang pemuda melompat ke arah beliau (Benazir Bhutto) dari arah belakang dan mengeluarkan tembakan," ujar salah satu pimpinan Partai Kekuatan Rakyat Pakistan (Pakistan People`s Party), Sardar Qamar Hayyat. Ia hanya berjarak sekitar 10 meter dari arah Bhutto terbunuh di dalam mobil. Demikian seperti dilansir Associated Press , Kamis (27/12). Jarak Sardar dengan sang pemimpin oposisi Pakistan yang sangat dekat itu jelas membuat dirinya terperanjat atas aksi tersebut. Dia pun melihat si pembunuh langsung kabur menggunakan sepeda motornya sebelum meledakkan diri. "Setelah itu, saya melihat dia kabur menggunakan kendaraannya,"
APALAH PUISI Apalah puisi, hanyalah untaian tak bertepi penawar gulana hati bila rintihan beranjak pergi Apalah puisi, tatkala musim tak bersemi lagi hanyalah sinaran sirna mentari kelam menyergap bayang hati Apalah puisi, satu demi satu ranting terpijak kaki patah, patah tak cuma sekali tapi biarlah kini Apalah puisi... kau tahu ini
TAPAK BERDERAP (41) SANG Kembara siuman saat lidah ombak menampar wajahnya. Kelopak matanya pun mengerjap, sekejap kemudian pandangannya langsung menyapu sekeliling. Hanyalah pasir putih terhampar luas yang ditingkahi suara ombak bergulung menuju bibir pantai. Ternyata badai semalam mengempaskan tubuh Kembara ke tepian pantai nan sunyi. Dan sesaat lalu senja baru pamit di ufuk barat. Hampir gulita lantaran malam kembali tak berbintang. Pun demikian laut lepas di kejauhan, sisa-sisa badai tampak di ujung cakrawala kelam. Tanpa berlama-lama Kembara bangkit melanjutkan perjalanan, menembus kelam malam.
CINTA SEPARUH BAYANG TRUBADUR pun terkulai... gundah gulana kini kerinduan belumlah bertepi Trubadur pun terkulai... Hanyalah berkarib badai Hingga badai pun pergi