Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2007
TAPAK BERDERAP (36) SEMBURAT kilau rembulan memantul malu-malu di tengah telaga. Pantulan seberkas cahaya yang tak menyilaukan Sang Kembara. Walau pantulan kilau itu berbeda dengan cermin bayang yang berujung sesat belaka. Dan cermin telaga bening ini jelas tak sebanding cermin buram bayang, buram masa lampau lantaran cermin telaga Kembara adalah kerinduan teramat dalam. Kerinduan yang mungkin sulit dimengerti siapa pun. Dan jejak langkah Sang Kembara memang teramat panjang. Janganlah kiranya menebak dan menghentikan langkahnya. Dengarkan saja tapak yang berderap, berderap ke satu tujuan hakiki nan mulia. Dengan berkarib kesunyian alam, keheningan malam, dan kebeningan telaga kerinduan.
TAPAK BERDERAP (35)* SENANDUNG malam mengusir keheningan telaga ini. Walau kesunyian dan keheningan hampir tiada beda bagi Sang Kembara. Keduanya sama-sama menanti serta memburu bayang-bayang kerinduan. Tiada beda pula, bila kegetiran ini memang tak bersambut. Ya, kerinduan ini bagaikan telaga yang senantiasa menyambut Kembara dengan ketenangan, tanpa badai seperti di laut lepas. Dan senandung malam kali ini berbisik halus. Seakan mengantarkan suatu alunan lagu yang tak asing bagi Kembara. * Terinspirasi dari Apakah Ada Bedanya , Ebiet G. Ade