Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2004
MENGUNTAI KERLIP CAHAYA Begitu lama penantian... Hingga mengundah Tatkala segala itu mesti mengalun Sampai membuncah pecah Dan akhirnya... Tambatan waktu pun mesti melabuh hati
SEND ME AN ANGEL by: Rudolf Schenker/Klaus Meine The wise man said just walk this way To the dawn of the light The wind will blow into your face As the years pass you by Hear this voice from deep inside It’s the call of your heart Close your eyes and your will find The passage out of the dark Here I am Will you send me an angel Here I am In the land of the morning star The wise man said just find your place In the eye of the storm Seek the roses along the way Just beware of the thorns Here I am Will you send me an angel Here I am In the land of the morning star The wise man said just raise your hand And reach out for the spell Find the door to the promised land Just believe in yourself Hear this voice from deep inside It’s the call of your heart Close your eyes and your will find The way out of the dark Here I am Will you send me an angel Here I am In the land of the morning star Here I am Will you send me an angel Here I am In the la
ENTAH WAHAI kerlip cahaya Wahai sentuhan relung Wahai geliat asa Wahai getaran jantung Penantian Padamu Hanya entah...
ZAITUN DAN MERAH TANAH AQSA Menjelang subuh 28 Ramadan 1425 Hijriah, Bapak Bangsa Palestina t`lah menghadap ke hadirat Tuhan. Tiga hari menjelang Hari Fitrah, Izrail mengajak ruh lelaki itu melayang. Meninggalkan samudra air mata bangsanya, yang selama dua pekan menanti cemas kabar keadaannya di negeri seberang. Tak cuma bangsanya, ratusan juta muslim juga tersentak mendengar kepergiannya. Serentak mereka mengucapkan,Inna lillahi wa inna ilahi raji`un. Muhammad Abdul Al-Rauf Arafat Al-Qudwa Al-Husseini, itulah nama lengkap lelaki yang tak lepas dari kafiyeh. Ya, hampir seluruh hayatnya diabdikan buat perjuangan bangsanya. Memerdekakan Tanah Palestina dari cengkeraman Zionis. Dia pun berani menentang segala angkara murka. Ia berjuang dan hanya takut kepada Allah SWT semata. Kegigihan dalam perjuangan itulah yang menuai laksa simpati. Pun demikian setelah tiada. Gelombang belasungkawa para pemimpin dunia fana, penghormatan terakhir di dua negeri. Seluruhnya itu tak cukup meredam
UNTAIAN BINTANG TAK BERTEPI (Bagian Ketiga) UNTAIAN bintang kembali menghias relung terdalam hatiku, meski kemerlipnya belum begitu indah. Hmm ... Jalan hidup memang siapa yang bisa menebak. Tatkala mata hatiku meredup, kemerlip bintang datang membuyar semua keluhan jiwa. Padahal, setahun terakhir ini, bibirku akrab mencicipi apa yang dinamakan air api. Malu sebenarnya diungkapkan, lidahku sudah merasai segala jenis whiskey hingga red wine . Cukuplah hanya alkohol. Dan, diriku tak hendak mencoba menjajal obat-obatan jenis psikotropika atau yang mengandung zat adiktif lainnya. Pemabuk, memang, tapi diriku bukanlah junkies . Bodoh, kalau aku sampai terjerumus ke "Lembah Narkoba". Bersamaan dengan timbulnya kebiasaan baruku itu, muncul "Dewa Penolong". Sang penolong itu memang tak jauh-jauh munculnya. Dia adalah Bowo, tinggalnya masih sewilayah denganku. Seingatku, Bowo itu tipe cowok pemalu. Entah mengapa, suatu malam, ia menyambangi rumahku. Dan, entah angin
UNTAIAN BINTANG TAK BERTEPI (Bagian Kedua) UNTAIAN bintang pun meredup bersama datangnya kabut kelam. Lambat laun tapi pasti, diriku meliar dan menggosong jiwa. Sepasang mataku nanar, namun jiwaku seakan terus memberontak yang pada akhirnya menggelegak. Begitulah malam demi malam kulalui tanpa makna. Hanya terkadang, sayup-sayup terdengar lagu The Sound of Silence -nya Simon dan Garfunkel menyayat sukma. Oh... Hello darkness, my old friend, I`ve come to talk with you again, Because a vision softly creeping, Left it`s seeds while I was sleeping, And the vision that was planted in my brain. Still remains. Within the sound of silence... Memang, kegelisahan saat malam tak berbintang sungguh meradang luka hatiku. Jiwaku dahaga mengerontang, menunggu sesuatu ketidakpastian. Dan entah mengapa, akhirnya, aku tak menampik tawaran kelembutan yang disodorkan Sandra. Seakan seluruhnya begitu cepat berputar. Ya, semuanya tanpa bisa dihirau lagi. Laksana guyuran air hujan yang tak bisa